Jejak Peninggalan Majapahit di Kota Pahlawan

Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan. Banyak peninggalan bersejarah pada masa perjuangan berdirinya Republik Indonesia dapat ditemui di kota ini. Sekarang kota ini sudah menjelma sebagai kota metropolitan dengan sejuta kesibukannya. Banyak gedung-gedung tinggi telah berdiri di kota tua ini. Namun, hanya sedikit orang yang tahu bahwa ada peninggalan yang sangat bersejarah terletak di tengah-tengah kota.

Peninggalan dari jaman kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Prabu Brawijaya V ini, sudah ada sejak tahun 1522 M. Peninggalan ini berupa pesarean (pemakaman) Eyang Pangeran Kudo Kardjono (nama julukan beliau). Beliau adalah salah seorang panglima perang kerajaan Majapahit yang ditugaskan untuk menjaga wilayah pesisir utara, wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit saat itu, yakni daerah Surabaya, Gresik, dan sekitarnya. Konon beliau merupakan saudara sepupu dari Patih Agung Gajah Mada.
Menurut Mbah Pon, juru kunci tempat ini, di pesarean ini Panglima Kudo Kardjono dan prajuritnya, yang tewas akibat perang rempah-rempah di pesisir utara Jawa, dimakamkan. Pada jaman itu, daerah ini merupakan tegalan (perkebunan) dengan salah satu tanamannya yang terkenal pada saat itu adalah gading putih.

Pesarean Eyang Kudo Kardjono terletak di tengah areal lokasi tersebut menghadap ke utara. Di sebelah pesarean beliau, masih dalam satu ruangan, terdapat pesarean istri dan ketiga anak beliau. Di tempat yang beralamat di Jl. Cempaka No 25 ini juga terdapat Pesarean Eyang Wahyu yang tidak lain adalah ayahanda Kudo Kardjono. Pesarean Eyang Wahyu terletak terpisah di sebelah barat pesarean Eyang Kudo Kardjono dengan pintu masuk dari timur. Di depan pesarean ini terdapat sumur. Konon menurut Mbah Pon, seseorang yang melihat belut putih atau udang di dasar sumur ini akan dilimpahi rejeki dalam hidupnya. Di belakang areal pesarean terdapat dua bangunan mirip candi yang disebut Sanggar Tri Murti dan Sanggar Pamujan. Pada masing-masing sanggar terdapat arca yang asal-usulnya belum diketahui.

Satu hal yang menarik bagi Wiweka saat berkunjung ke tempat ini adalah keberadaan arca Brahma, Wisnu, Siwa yang diberi pajeng Bali pada sisi kanan dan kirinya di Sanggar Tri Murti. Menurut Mbah Pon, sanggar ini sering dipakai tempat bersembahyang untuk umat Hindu Bali. Maka kami berinisiatif menghaturkan dupa dan melakukan Tri Sandya di sanggar yang menghadap ke timur ini. Di sebelah timur sanggar ini terdapat arca yang disebut Antobugo.

Areal pesarean ini diwadahi oleh Forum Komunikasi Cagar Budaya Pesarean Eyang Kudokardjono. Tujuan dibentuknya forum ini adalah untuk melindungi tempat ini dari penyalahgunaan dan penipuan oleh oknum-oknum tertentu demi kepentingan pribadi.
Ada beberapa pengalaman spiritual yang sempat dialami oleh Wiweka saat mengunjungi tempat ini. Namun, tidak salah bila kami menyarankan pembaca untuk mengunjungi tempat ini dan melihat salah satu peninggalan peradaban Hindu pada masa lampau.(wnu)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Bank Kaum Miskin














Judul : Bank Kaum Miskin
Penulis : M. Yunus dan Alan Jolis
Penerjemah : Irfan Nasution
Penerbit : Marjin Kiri
Cetakan : Ketiga, September 2007
Tebal : 269 halaman + xxvi

Tahun 1974 Bangladesh jatuh ke dalam cengkeraman bencana kelaparan. Orang lapar ada di mana-mana. Banyak orang sekurus tengkorak mulai bermunculan di stasiun kereta api & terminal bis ibukota Dhaka. Dengan cepat kedatangan mereka meluap bak air bah. Orang lapar ada di mana-mana.

Sebagai seorang guru besar ilmu ekonomi dari Universitas Chittagong, Muhammad Yunus merasa gundah dengan kondisi tersebut. Dia merasa tidak dapat berbuat sesuatu untuk bangsanya. Sebagai seorang yang baru saja lulus dari Vanderbilt University, Amerika Serikat, dia merasa ilmu-ilmu ekonomi yang dipelajari dan diajarkannya tidak dapat mengatasi kemiskinan yang terjadi.

Muhammad Yunus merasa muak dengan apa yang diajarkan. ”Tak sedikit pun teori-teori ekonomi yang saya ajarkan mencerminkan kehidupan yang tengah berlangsung di sekitar saya. Saya perlu melarikan diri dari teori-teori ini dan buku-buku ajar saya dan menemukan kehidupan ekonomi riil dari diri seorang miskin,” kata profesor itu. Muhammad Yunus memutuskan menjadi mahasiswa lagi dan warga desa Jobra, sebuah desa di dekat Chittagong University, yang menjadi dosen-dosennya. Menurutnya universitas-universitas yang ada sekarang menciptakan kesenjangan hebat antara mahasiswa dengan kenyataan hidup sehari-hari di Bangladesh.

Alih-alih belajar dari buku seperti yang biasa dilakukan, Muhammad Yunus ingin mengajari mahasiswanya cara memahami kehidupan orang miskin. ”Saat Anda meng-genggam dunia di tangan Anda dan mengamatinya dari atas laksana burung, Anda cenderung menjadi arogan. Anda tidak menyadari bahwa segala sesuatunya menjadi buram jika dipandang dari jarak yang sangat jauh. Sebaliknya, saya memilih ”pandangan mata cacing”. Saya harap bila saya mempelajari kemiskinan dari jarak dekat, saya akan memahaminya dengan lebih tajam,” demikian menurut Muhammad Yunus.(Hal. 3)
Pertemuannya dengan seorang wanita berusia 21 tahun di Desa Jobra, pada tahun 1976 merupakan titik awal dari pengembangan Grameen Bank (Bank Pedesaan). Wanita itu bekerja membuat bangku bambu. Penghasilannya dalam sehari hanya US$ 2 sen. Penghasilan yang hanya cukup untuk makannya sendiri. Tidak akan cukup untuk menyediakan 3 anaknya pakaian yang layak, apalagi untuk membiayai anak-anaknya bersekolah. (Hal 48)

Buku ini sungguh enak dibaca dan gaya penulisannnya membuat pembaca tidak sabar untuk menyelesaikannya. Kisah sedih dan gembira dari sebuah perjuangan keras selama tiga puluh tahun lebih bersilih ganti dengan analisis reflektif filosofis tentang pengetahuan dan ilmu, tentang masyarakat dan pemerintah, tentang hubungan antar kelas sosial yang tidak kenal ampun, tentang agama dan dehumanisasi, tentang kemiskinan dan HAM, dan akhirnya, tentang dunia kita ini.

Semoga keputusan Komite Nobel Norwegia untuk menganugerahkan Hadiah Nobel Perdamaian kepada Profesor Muhammad Yunus dan Grameen Bank pada 13 Oktober 2006 dapat meyakinkan pembaca akan arti penting membaca buku ini untuk mendorong suatu gerakan bersama memerangi kemiskinan kelas sosial paling bawah.(win)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Tips Merawat Flash Disk

Dapat kita lihat dengan jelas bahwa teknologi flash disk (FD) kini merupakan yang paling unggul untuk media penyimpanan eksternal, baik dari segi kapasitas yang beragam, kemudahan dalam penggunaan, portability, dll. Dengan jamaknya penggunaan FD, ada baiknya kita tahu lebih jauh, terutama mengenai bagaimana seharusnya merawat FD tersebut agar dapat bertahan lama. Berikut beberapa tips yang dapat diterapkan, yaitu:
1. Hindarkan dari panas
Komponen FD terdiri dari logam yang akan memuai apabila terkena panas. Maka itu, hindari meletakkan FD dalam ruangan yang panas, seperti bagasi mobil, atau bahkan tempat yang terkena sinar matahari langsung.
2. Hindarkan dari medan magnet
Medan magnet akan dengan mudah memengaruhi chips atau logam-logam kecil di dalam FD. Jadi, hindari meletakkan FD dekat dengan TV, radio tape, speaker active, ataupun HP yang menghasilkan gelombang radio dan magnet.
3. Tutup selalu
Debu atau kotoran dapat menyebabkan proses baca tulis sering gagal atau bahkan tidak terbaca sama sekali. Usahakan selalu menutupnya ketika tidak digunakan. Untuk alasan yang sama, model FD yang memiliki tutup rapat lebih dianjurkan ketimbang FD yang tidak tertutup dengan sempurna.
4. Lakukan prosedur eject atau stop
Selalu lakukan proses eject/stop/safely remove/unmount ketika akan mencabut FD dari komputer. Kalau tidak, selain rawan pada data, umur FD dapat menjadi lebih pendek atau bahkan menjadi rusak.
5. Minimalisasi proses hapus tulis
Untuk diperhatikan, usia FD kira-kira 10.000 s/d 100.000 proses hapus tulis. Minimalisasi proses-proses tersebut. Satu tips, lebih baik jika data yang memang akan diedit, disalin/copy dulu ke komputer. Jangan melakukan pengeditan langsung dari FD. Sering karena malas atau terburu-buru, kita melakukan buka dan edit file langsung dari FD. Padahal itu berpotensi membuat FD kita menjadi tidak awet.(mei)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Menyaksikan Ikan Paus

Anda sedang berdiri di pinggir perahu kecil pengamat ikan paus. Laut biru mengelilingi Anda sejauh mata memandang. Kabut yang mengandung garam memercik di wajah saat Anda bersandar di pinggir kapal untuk melihat makhluk misterius ini di dalam air. Kemudian Anda melihatnya - satu keluarga ikan paus telah naik ke permu­kaan tak jauh dari perahu! Yang mana penjelasan terbaik terhadap keluarga ikan paus ini?
1.Seekor bayi ikan paus kecil berenang di belakang ibunya yang sangat besar.
2.Seekor bayi ikan paus meringkuk rapat ke perut ibunya.
3.Ayah dan ibu ikan paus berenang dengan anak mereka.
4.Seekor bayi ikan paus menyemburkan air selagi berenang sendirian.


PENJELASAN
Ikan paus adalah contoh umum pola dasar "Ibu Agung" karya Jung. Hubungan yang dibayangkan antara ikan paus dalam adegan ini berkaitan dengan hubungan Anda dengan ibu.
1.Seekor bayi ikan paus kecil berenang di belakang ibunya yang sangat besar.
Peran ibu hampir sangat penting bagi Anda. Itu mungkin karena ibu sedang mempengaruhi cara Anda bertindak dan berpikir meski­pun sekarang Anda telah dewasa. Mungkin adalah ide yang bagus untuk melepaskan diri dari ikatan tersebut dan berusaha naik ke tingkat kemandirian. Lagipula, ibu tidak membesarkan Anda menjadi anak-­anak selamanya.
2.Seekor bayi ikan paus meringkuk rapat ke perut ibunya.
Anda kecanduan kasih sayang secara fisik. Adalah biasa dan normal jika butuh kehangatan. Tapi Anda merasakan kebutuhan itu lebih besar dari orang lain. Pria yang memberikan jawaban ini harus berhati-hati agar tidak membuat istri memainkan peranan sebagai pengganti ibu. Memainkan peran menjadi anak kecil bukan cara yang dipakai dalam asmara orang dewasa.
3.Ayah dan ibu ikan paus berenang dengan anak mereka.
Anda memiliki penghargaan yang sama terhadap peranan ibu dan ayah (Ayah sering dilupakan dalam tipe adegan yang dibayangkan ini). Sebagai seorang anak, kehidupan Anda kebanyakan bahagia dan aman. Hasilnya adalah keseimbangan pandangan Anda terhadap kehidupan.
4.Seekor bayi ikan paus menyemburkan air saat berenang sendirian.
Anda telah mandiri secara pribadi dan sedang berjalan menuju pertumbuhan sebagai seorang individu, tapi desakan Anda yang ingin menjadi mandiri kadang-kadang dapat membuat Anda nampak keras kepala atau egois. Berhati-hatilah untuk tidak terlalu individualistis sehingga Anda mengasingkan orang-orang di sekitar.

Tadahiko Nagao & Isamu Saito

Klik disini untuk melanjutkan »»

Makna Yadnya dan Brata Penyepian Bagi Manusia Modern

Om Swastiyastu

Kehidupan manusia di jaman modern lebih kental mengacu pada tuntunan manajemen yang dianggap modern yaitu manajemen kualitas, yaitu manajemen yang terus menerus ingin menghasilkan kualitas yang lebih baik dan lebih baik. Siklus dari manajemen modern dikenal dengan siklus Deming yaitu perencanaan atau Plan, pelaksanaan atau Do, penilaian atau Check, dan perbaikan atau Action yang sering disingkat dengan (PDCA).

Perkembangan teknologi yang begitu pesat disertai dengan pemberdayaan teknologi dengan manajemen yang modern tersebut sering kali menjebak umat manusia pada kehidupan yang lebih mengedepankan kepentingan sesaat, dangkal, terkotak-kotak menjadi kepentingan individu dan kelompok. Timbulnya kepentingan tersebut membuat pikiran, perasaan, perkataan, perbuatan, dan kreativitas termasuk kecerdikan manusia terbakar oleh api kekuasaan dan kemenangan dalam pencapaian kepentingan individu atau kelompok yang sangat sering melupakan tata krama dan etika kehidupan. Egoisme, keserakahan, tipu muslihat, kelicikan, kebohongan, dan bahkan sering menjadi sangat tega untuk menyakiti dan membunuh orang lain bahkan keluarga sendiri serta merusak rumah atau alam lingkungan sendiri hanya untuk memenuhi tuntutan kepentingan tersebut. Kondisi seperti ini kalau tidak dikendalikan secara terus menerus akan dapat merusak tatanan kehidupan manusia di jaman modern, serta akan terjadi proses dehumanisasi dimana manusia akan semakin kehilangan harkat kemanusiaanya.

Tidak hanya dijaman modern, dijaman dahulu di Asia Timur terjadi kondisi yang saling menonjolkan kepentingan individu dan kelompok sehingga peperangan antar suku terus terjadi, saling menguasai dan saling menindas. Itu semua disadari karena manusia tidak mampu mengendalikan pikiran, perkataan, perbuatan, perasaan, kreativitasnya sehingga dibakar oleh api kepentingan yang dangkal. Dan keadaan itu berakhir setelah kemudian pada tahun 78 masehi seorang raja yaitu Raja Kaniska I dinobatkan menjadi raja di Asia Timur. Beliau sangat adil dan bijaksana dan memahami sangkan paraning dumadi, memahami jalan Dharma yaitu jalan kebenaran yang pernah diterapkan oleh suku bangsa Saka dalam rangka mencapai kehidupan yang tentram, damai dan harmonis. Beliau sangat memahami bagaimana suku bangsa Saka pada jaman dahulu menerapkan jalan kehidupan Dharma sehingga suku bangsa Saka sangat terkenal dengan kehidupan yang tentram, damai, dan harmonis serta dengan peradaban yang tinggi. Maka mulai saat itulah Raja Kaniska I berperan sebagai Guru Wisesa (pemerintah) yang dengan penuh pengabdian menuntun dan memberi contoh kepada seluruh rakyatnya untuk hidup dengan jalan yang benar hingga mampu mengendalikan api yang membakar keserakahan, kerakusan, kelicikan, keloba-tamakan, kepentingan yang dangkal, dan menghentikan segala perselisihan atau peperangan yang kerap terjadi antar suku bangsa. Mulai saat itulah kehidupan mereka antar negara, antar suku di Asia Timur menjadi tentram, damai dan harmonis. Karena keberhasilan dalam memenangkan kehidupan pada jalan kebenaran tersebut maka mulai tahun 78 masehi diperingati menjadi awal dari tahun Saka. Mulai saat itulah setiap menyambut tahun Saka dilaksanakan yadnya dan tapa brata penyepian yaitu yang makna utamanya adalah pengendalian diri dengan melakukan catur brata penyepian. Sejarah telah menunjukkan betapa besar makna dan arti pengendalian diri yang merupakan inti dari tata krama kehidupan dijalan Dharma yang mampu merubah kehidupan manusia dari kehidupan yang penuh perselisihan, peperangan, dan dendam menjadi kehidupan yang tentram, damai dan harmonis.

Dibalik semua keberhasilan tersebut ada suatu filsafat kehidupan yang sangat mendasar yang terkandung dalam yadnya dan brata penyepian yang masih sangat relevan dalam kehidupan dijaman modern. Kehidupan Dharma menuntun kita umat manusia selalu harus menjalani siklus kehidupan Dharma agar selalu dapat terhindar dari jebakan hidup yang merusak kedamaian dan keharmonisan. Siklus kehidupan Dharma yaitu Satyam-Cit-Ananda-Moksartham. Satyam artinya setiap manusia haruslah secara rutin dapat melakukan perenungan, instrospeksi, ngulat sarira untuk memahami secara dalam makna kebenaran yang dituntun oleh Dharma yang tidak lain pada tahap ini manusia harus membangun kebajikan dihati masing-masing. Cit adalah proses dimana manusia terbangun pemahaman, terbangun kebajikan dihati, maka ia harus membangun kesadaran dan keyakinan atau sraddha dan bhakti yang tinggi dalam dirinya masing-masing. Kesadaran, keyakinan, atau sraddha inilah sebagai pondasi yang kuat untuk kehidupan yang bertata krama. Kemudian tahap ketiga adalah ananda yaitu manusia harus menjalankan kehidupan yang bertata krama, santun, beretika dituntun oleh konsep Tri Kaya Parisudha. Pikiran, perkataan dan perbuatan harus dituntun oleh kebenaran yang telah diyakini sesuai jalan Dharma untuk mencapai kehidupan yang ananda atau bahagia. Kemudian langkah yang keempat adalah moksartham yaitu kehidupan yang tidak terikat oleh kepentingan duniawi yang penuh ketulusan untuk dapat menuju sangkan paraning dumadi. Yadnya dan tapa brata penyepian yang dilakukan umat Hindu setiap tahun adalah merupakan langkah pertama dalam siklus kehidupan Dharma yaitu langkah Satyam. Nyepi artinya sepi, kosong, tidak terikat, bersih, dan suci. Disaat itulah manusia melepaskan diri dari segala ikatan duniawi, mengosongkan diri dari beban duniawi, menyepikan diri dari segala hingar bingar duniawi, membersihkan diri dari godaan duniawi, dan menyucikan diri segala dosa duniawi. Umat Hindu melalui yadnya dan brata penyepian berusaha tidak diikat dan tidak dikendalikan oleh kepentingan duniawi, namun harus hidup harmonis dengan penuh cinta kasih dengan alam, dengan Tuhan sang pencipta, dan dengan mahluk ciptaan Tuhan. Konsep kehidupan yang harmonis dengan Tuhan, mahluk lain, dan alam semesta ini oleh umat Hindu disebut Tri Hita Karana. Dalam usaha melepaskan diri dari ikatan duniawi, ikatan alam semesta umat Hindu bukanlah harus memusuhi alam, namun justru dengan cinta kasih, yaitu dengan membersihkan dan menyucikan alam dan segala perlengkapannya, karena alam adalah ciptaan Tuhan yang diyakini sebagai ibu dan bapak dari manusia yang memberikan kehidupan pada umat manusia. Sehingga alam sebagai ibu dan bapak dari umat manusia juga wajib mengingatkan kepada umat manusia jika ia membuat kesalahan yaitu menyalahi tata krama kehidupan Dharma. Karena keyakinan dan sraddha seperti itulah umat Hindu dalam menjalankan yadnya penyepian diawali dengan melasti yaitu pergi kelaut atau kesumber air untuk ngambil tirta amerta suci untuk sumber kehidupan umat manusia. Air yang bersih dan suci yang berada ditengah samudra atau pada sumber air adalah merupakan sumber utama dari kehidupan. Dalam kehidupan modern, yadnya melasti ini mengandung pesan bahwa umat manusia dimanapun dia berada dia harus selalu menjaga kebersihan dan kesucian air karena air yang bersih dan suci adalah sumber kehidupan umat manusia. Semua ini tidak lain maknanya menjaga laut, sungai dan semua sumber air tetap bersih. Manusia modern, industri di jaman modern ini harus mengolah limbahnya sedemikian rupa agar tidak mengotori sungai, laut dan sumber-sumber air karena semua itu sebagai sumber kehidupan. Jika itu tidak dijaga bersih maka tentu akan sulit dapat air minum, aliran sungai terganggu dan akan terjadi banjir, sungai dan laut yang kotor mengakibatkan ikan-ikan tercemar dan lain sebagainya. Yadnya melasti yang dilaksanakan begitu sakral dan indah yang didalamnya mengandung makna ganda yaitu: disamping dapat mencerminkan keluhuran dan keindahan budaya juga menuntun terwujudnya sebuah tata krama kehidupan yang harmonis dengan lingkungan yang diyakini oleh umat Hindu sebagai ibu dan bapak manusia karena ia sebagai sumber kehidupan umat manusia, yang semua itu dilandasi oleh filsafat kebenaran Dharma. Setelah itu persis sehari sebelum hari Nyepi dilaksanakan ”tawur kesanga” yaitu penyucian atau pembersihan alam dengan segala kelengkapannya sehingga alam dengan segala isinya selalu dapat menjaga dan memberi kehidupan pada manusia. Pada yadnya tawur tersebut manusia memberikan rasa bhakti dan cinta kasihnya pada alam yang juga dilaksanakan begitu sakral dan indah. Arti operasionalnya di jaman modern adalah bahwa manusia tidak boleh merusak alam sembarangan, manusia harus menjaga kelestarian alam, menjaga keberadaan dan keseimbangan tumbuh-tumbuhan karena tumbuh-tumbuhan dapat menyeimbangkan atau mengendalikan air tanah, dapat mengendalikan CO2 sehingga tidak merusak lapisan ozon. Jika tumbuh-tumbuhan sudah tidak seimbang maka CO2 tidak terkendali dan akan mengakibatkan pemanasan global, dimana es di kutub akan mencair dan air laut akan naik. Disamping itu jika tumbuh-tumbuhan tidak seimbang maka aliran air tanah akan tidak terkendali, ketahanan tanah jadi lemah sehingga terjadi banjir dan longsor. Manusia modern juga harus memahami pesan lain yang tersirat dalam Tawur Kesanga tersebut yaitu setiap rumah harus punya halaman dan halaman harus ditanami pohon yang berbunga, yang berbuah, yang berumbi agar halaman menjadi indah dan tumbuh-tumbuhan menjadi seimbang secara ekologi. Maka itu, dalam yadnya baik waktu melasti, tawur kesanga, dan yadnya yang lain menggunakan kembang, buah-buahan, daun-daunan, umbi-umbian, dan air yang bersih. Semua persembahan yang dilakukan secara tulus dalam yadnya penyepian tersebut dan juga yadnya yang lain dimaksudkan untuk membangun kebajikan di hati manusia, membangun tatakrama dalam kehidupan manusia, dan membangun budaya yang indah dan luhur. Persis pada hari Nyepi, umat Hindu selama 24 jam melakukan pengendalian diri secara total melalui Catur Brata Penyepian yaitu : amati geni, amati karya, amati lelungaan, dan amati lelanguan. Amati geni artinya mematikan api yang ada di dalam diri manusia yang dapat membakar atau merusak kehidupan yaitu egoisme, keserakahan, kemarahan, iri hati, kebencian, pikiran, keinginan yang berlebihan, dan juga berpuasa. Untuk itu, disamping mematikan api yang ada dalam diri untuk menjaga kehidupan yang harmonis dengan alam agar mendukung manusia mematikan api pada dirinya, maka api yang ada di alam pun ikut dimatikan selama 24 jam. Brata yang kedua adalah amati karya yang artinya tidak melakukan kegiatan berkarya dalam bentuk apapun agar betul-betul dapat melepaskan diri dari segala ikatan dan kepentingan duniawi. Itu juga melatih manusia untuk betul-betul bisa melaksanakan segala kehidupan dengan tulus iklas tanpa pamrih. Brata ini juga sering disebutkan sebagai pengendalian raga. Brata yang ketiga adalah amati lelungaan artinya kita tidak bepergian baik jiwa, pikiran, maupun raganya. Brata ini melatih manusia untuk memahami sang diri, menyatukan bayu-sabda-idep, menyatu dalam kekuatan samadhi sehingga pikiran, jiwa, dan raga menjadi bersih tanpa beban suatu apapun. Dengan pikiran, jiwa, dan raga yang bersih dan bersatu maka manusia akan mempunyai kekuatan besar dan terkonsentrasi untuk dapat menjalani kehidupan dengan segala tantangannya dan akan selalu dituntun pada jalan yang benar. Brata ini akan membentuk moral dan karakter yang baik dan positif sehingga dapat mengendalikan stress yang kerap muncul di jaman modern ini. Moral dan karakter yang baik sangat penting sebagai kekuatan hidup pada jaman modern. Seperti dikatakan John C. Maxwell ”no one can stop people with good attitude to success; and no one can help people with bad attitude to success”. Brata yang keempat adalah amati lelanguan yaitu mengendalikan rasa atau emosi untuk tidak bergejolak, untuk selalu dapat tenang dan sabar dalam menghadapi segala persoalan. Dengan ketenangan dan kesabaran seseorang akan mendapat kecerdasan dan kebijakan. Brata ini juga melatih dan menuntun agar kita dalam kehidupan dapat selalu eling, waspada, hidup wajar, sederhana, bisa prihatin, dimana semua ini tidak lain adalah olah rasa.

Keempat brata penyepian tersebut akan menuntun manusia untuk membangun kesadaran Dharma, membangun kebajikan, membangun kesadaran, membangun keyakinan, menguatkan sraddha umat Hindu, menanamkan tata krama yang benar dalam kehidupan. Setelah hari Nyepi umat Hindu melaksanakan Dharma Shanti yaitu mulai menjalani kehidupan dengan tata krama yang benar yang dilandasi kesadaran, kebajikan, dan sraddha yang dibangun melalui catur brata penyepian.

Pembangunan negara yang ajeg di jaman modern ini sangat sulit karena penuh tantangan dan penuh dengan persaingan. Dengan kebajikan yang ada di hati setiap manusia modern yang dihasilkan dari pelaksanaan, yadnya dan tapa brata penyepian maka diyakini pembangunan suatu bangsa akan bisa lancar dan ajeg, seperti dikatakan dalam sastra sebagai berikut.

Jika ada yadnya dan tapa brata, maka akan ada kebajikan di hati;

Jika ada kebajikan di hati, maka akan ada ketentraman dalam rumah tangga;

Jika ada ketentraman dalam rumah tangga, maka akan ada keajegan negara dan bangsa.

Dengan tapa brata penyepian, umat Hindu akan diharapkan dapat meningkatkan sraddha dan dapat santun dan teguh menegakan kebenaran untuk mencapai kehidupan yang mulia dan terhormat di jaman modern ini seperti dikatakan dalam sastra.

Dengan tapa brata seseorang akan mencapai diksa;

Dengan diksa seseorang akan mencapai daksina;

Dengan daksina seseorang akan mencapai sraddha;

Dengan sraddha seseorang akan mencapai satyam;

Dengan satyam seseoarng akan mencapai kemuliaan Tuhan.

Dengan yadnya dan tapa brata penyepian diharapkan umat Hindu akan selalu mempunyai kekuatan dan bekal yang paling berharga dalam menjalani kehidupan di jaman modern yaitu kebajikan di hati, tata krama yang baik, dan budaya yang indah dan luhur.

Om Shanti Shanti Shanti Om


Prof. Ir. I Nyoman Sutantra MSc.PhD.

Ketua Walaka PHDI Surabaya

Klik disini untuk melanjutkan »»

Kebebasan Pendirian Tempat Ibadah

Pembangunan rumah ibadah di Indonesia tidak terlepas dari Peraturan Bersama Menteri (PBM) No.09 tahun 2006 dan No.08 tahun 2006 yang berisi tentang pedoman pelaksanan tugas kepala daerah / wakil kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayan forum kerukunan umat beragama dan pendirian rumah ibadah. Dengan adanya peraturan ini, secara logika akan terjadi ketertiban dalam pendirian rumah ibadah. Namun yang terjadi malah sebaliknya, sering kita jumpai beberapa kasus pengrusakan rumah ibadah dengan alasan tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Penutupan beberapa gereja di beberapa tempat mendapatkan sorotan dari berbagai kalangan.
Kasus yang sangat mencengangkan baru saja terjadi tepatnya tanggal 16 Januari 2008. Pura Sangkareang di wilayah Lombok Barat dirusak secara sengaja dengan alasan renovasi pura yang telah ada sejak abad 17 M tersebut tidak sesuai dengan PBM. Padahal kenyataannya, PBM adalah ketentuan yang mengatur pendirian rumah ibadah. Kasus ini merupakan bagian kecil dari kurangnya toleransi umat beragama yang terjadi di negeri ini. Masalah yang sangat sentral adalah ”mengapa republik tercinta ini, yang dikenal memiliki masyarakat yang ramah dengan keguyuban serta kebersamaan ini, telah kehilangan keramahan dan keguyubannya, dan empati dalam proses interaksi dengan masyarakat lainnya yang berbeda agama? Mengapa masyarakat Indonesia telah menjadi homo homini lupus (manusia adalah serigala bagi manusia yang lain)?”. Beberapa kasus yang sering terjadi berkenaan dengan perijinan rumah ibadah ini dapat dijadikan pelajaran bahwa pendirian tempat ibadah sebaiknya lebih memperhatikan pendekatan dan sosialisasi kelingkungan masyarakat sekitar.

Menurut Peraturan Bersama Menteri (PBM) Pasal 14 ayat 2 (a) disebutkan, pengguna rumah ibadah paling sedikit 90 orang. Data 90 orang tersebut harus didukung oleh kartu tanda penduduk. Selain itu, pembangunan tempat ibadah di suatu daerah harus mendapat dukungan warga setempat minimal 60 orang dan harus disahkan oleh lurah/kades. Jika melihat dari isi peraturan tersebut akan terjadi banyak benturan dengan kenyataan yang terjadi, terutama pada pendirian rumah ibadah agama Hindu (Pura). Hal ini karena pendirian pura lebih banyak memperhatikan aspek spiritual tempat pendiriannya ketimbang aspek sosial, sebagai contoh Pura Giri Arjuno dan Pura Mandala Giri Semeru yang berlokasi di wilayah Jawa Timur.
Pendekatan sosial yang tepat sebelum pendirian rumah ibadah khususnya pura sangat perlu dilakukan, agar kejadian perusakan pura seperti yang terjadi di Desa Sangkareang, NTB tidak terulang lagi.

I Putu Wisnu Mertha Yoga
Mahasiswa Elektro ITS 2004 selengkapnya

Klik disini untuk melanjutkan »»

Makna Nyepi Bagi Mahasiswa Hindu

-- under construction --

Klik disini untuk melanjutkan »»

Mencari Jati Diri Dalam Berorganisasi

Tidak sulit mengenali sosok yang satu ini. Perawakannya yang tinggi kurus cukup membuat kita ngeh. Gaya bicaranya yang terkesan sering bercanda pun dapat membuat kita cepat akrab dengannya. Tapi jangan salah, di balik itu semua terdapat semangat belajar yang tinggi, semangat yang mungkin tidak semua orang miliki.

Itulah Komang Yudy Dharmawan, ketua PC KMHDI Surabaya periode 2007-2009. Lajang kelahiran 9 Agustus 1987 ini baru terpilih pada akhir tahun lalu. Saat ini ia masih mengenyam pendidikan di Universitas Hang Tuah Fakultas Teknologi Kelautan Perikanan Jurusan Perikanan. Ternyata, selain di KMHDI, ia juga aktif di beberapa organisasi lain seperti Himpunan Mahasiswa Perikanan Indonesia (Himapikani) dan Gerakan Anti Narkoba (Granat). Bagaimana ia menjalani itu semua? Kepada tim Wiweka, ia berbagi kisah untuk pembaca sekalian.

W(iweka) : Yudy, apa kesibukan Anda sekarang ini?
Y(udy) : Pastinya kuliah. Kemudian saya juga terjun di beberapa organisasi seperti KMHDI, Himapikani, dan Granat. Kadang-kadang saya juga menyempatkan diri ikut di klub olahraga.
W : Anda cukup aktif. Bagaimana Anda mengatur waktunya?
Y : Saya melihat skala prioritas. Mana yang lebih penting, itu yang saya dahulukan. Untuk saat ini, semua jadwal saya menyesuaikan dengan jadwal kuliah.
W : Apa yang menarik bagi Anda dari masing-masing organisasi tersebut?
Y : Di KMHDI, saya dapat dibimbing oleh orang-orang yang berkompeten, baik di bidang organisasi maupun agama. Juga karena sifatnya yang nasional, maka saya dapat menambah jaringan. Sementara di Granat, saya mendapat kesempatan berinteraksi dan bekerja sama dengan wakil-wakil kampus dari berbagai etnis. Saya belajar menghargai keanekaragaman disini. Untuk di Himapikani, saya merasa nyaman karena berinteraksi dengan orang-orang yang memang telah saya kenal dekat.
W : Apa manfaat yang sudah Anda rasakan dengan mengikuti semua itu?
Y : Di KMHDI, saya dapat bicara lebih banyak tentang organisasi dan agama. Menurut saya, kesadaran diri sangat perlu dibentengi apalagi saat ini saya berada di lingkungan yang mayoritas penduduknya berbeda agama dengan saya. Saya juga dapat belajar menentukan sikap dan mengkondisikan diri pada saat tertentu. Sehingga nantinya, saya dapat memiliki tanggung jawab, kemampuan manajemen dan organisasi, selain agama. Di Granat, saya dapat memacu diri untuk lebih komunikatif di hadapan banyak orang dari golongan yang berbeda. Sementara di Himapikani, saya dapat lebih berkreasi untuk memacu prestasi di berbagai kegiatan kampus.
W : Sebagai seorang ketua yang baru terpilih, bagaimana Anda melihat organisasi KMHDI yang Anda pimpin?
Y : KMHDI sesungguhnya adalah organisasi besar yang tercetus dari kerjasama antara Swastika Taruna dan UKKH di kampus. Jadi sejarah ini seharusnya tidak akan pernah lepas dari benak kaum intelektual kita khususnya mahasiswa-mahasiswi. Organisasi ini memiliki cita-cita yang ideal dan besar untuk bisa bicara di tingkat nasional. Jujur, pada saat ini eksistensi KMHDI di intern dan ekstern bisa dibilang makin redup. Maka dari itu, beban untuk membangkitkan dan memulai lagi ikatan sejarah itu ada di pundak saya. Mari bersama-sama menyadari pentingnya Yadnya ini untuk bangkit bersama-sama ke depan agar Hindu tetap ada untuk selama-lamanya.
W : Kalau Anda lihat, kondisi mahasiswa Hindu sekarang seperti apa?
Y : Kondisi mahasiswa Hindu di Surabaya saat ini sesungguhnya grafik eksistensinya cenderung meningkat walaupun orientasi mereka sedikit mengalami perubahan. Perbedaan tersebut dilihat dari keaktifan mereka cenderung di kegiatan-kegiatan intern kampus akan tetapi mengalami kepasifan di organisasi ekstern salah satunya di KMHDI sendiri. Saya menyadari mungkin ini karena tuntutan kuliah sekarang sedikit berbeda dengan sebelumnya sehingga harus beradaptasi lebih baik lagi. Namun saya yakin pada kemampuan teman-teman Hindu disini bahwa mereka akan mampu untuk lebih memanage itu semua.
W : Ada pesan yang ingin disampaikan pada pembaca Wiweka?
Y : Mari kita bersama-sama membentengi diri dari kondisi yang semakin global. Tetap berusaha untuk eksis dalam beryadnya demi agama dan keyakinan kita kepada Ida Shang Hyang Widhi. Mari bekerjasama dan berkontribusi untuk membangun dan merealisasikan ide-ide yang konstruktif untuk kita bersama agar tercipta situasi yang kondusif demi Hindu di masa mendatang.(mei)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Mencari Tuhan yang Bersemayam di Dalam Hati

Di dalam Gita, Tuhan menyatakan “orang yang kucintai adalah orang yang tidak mementingkan diri sendiri,melepaskan segala keterikatan,dan bersikap sama dalam suka dan duka”.

Sangat sulit bagi orang awam yang mencari kebenaran untuk mencapai keseimbangan seperti itu dan untuk melepaskan diri dari keterikatan serta rasa keakuan. Memang sulit membedakan keinginanmu dengan perintah dan keinginan Tuhan. Jika engkau menyadari bahwa Tuhan bersemayam dalam bentuk jyothi (cahaya yang selalu bersinar) dalam semua manusia, dimana-mana, maka akan mungkin bagimu menguasai keakuan dan keterikatan.

Untuk mendapatkan intan, Anda harus menggali jauh ke dalam tanah. Engkau tidak menemukannya bergantung di pohon. Begitu pula engkau tidak akan menemukan permata yang sangat berharga ini yaitu Tuhan, tergeletak diluar dan mudah di dapat oleh semua orang. Dengan bantuan ajaran para mahatma, engkau harus berusaha mencarinya didalam dirimu. Badan kita bukan barang biasa, ia adalah Pura Tuhan atau kereta yang akan membawa Tuhan. Dalam dunia yang boleh dianggap sebagai desa yang besar, Tuhan diarak dalam kereta yang dianggap badan (raga) ini.

Merupakan suatu kemujuran yang luar biasa bahwa engkau lahir sebagai manusia. Karena itu, perahu suci yang akan membawamu ke tempat tujuan ini harus digunakan dengan seksama sehingga dapat menyeberangi laut samsara dengan selamat. Dalam samudra ini hidup buaya yang sangat mengerikan, serta berbagai makhluk yang sangat mengerikan dan berbahaya bagi dirimu. Buaya-buaya ini melambangkan enam musuh yang manusia yaitu, kemarahan, ketamakan, nafsu birahi, kebencian, kecongkaan dan iri hati. Bila engkau dikelilingi oleh demikian banyak buaya, cara yang terbaik untuk menyelesaikan perjalanan dengan selamat ialah dengan melihat kesatuan dalam segala sesuatu. Engkau harus yakin sepenuhnya bahwa prinsip ketuhanan, Tuhan dengan wujud nyata dan cemerlang, ada dalam setiap manusia dan setiap benda. Kalau engkau menyadari keberadaan Tuhan dalam setiap makhluk, dan menyadari kesatuan dalam semua yang tampak dalam kebhinekaan ini, maka engkau tidak akan dapat lagi membenci orang lain.
Kata orang “carilah, carilah dan hal itu akan kau temukan”. Jika engkau mencari dia dalam badanmu dengan kesungguhan hati, engkau pasti akan menemukannya. Jika engkau mencari sesuatu dalam ruang yang penuh barang, hanya dalam kesungguhan engkau dapat menemukan barang yang engkau cari. Tanpa berusaha untuk mencari barang itu tidak akan pernah kau temukan. Hanya bila engkau mengetuk pintu, pemilik rumah akan membukanya. Ibumu pun baru akan menghidangkan makan jika engkau minta. Karena itu engkau harus meminta dan terus meminta, ketuk pintu dan ketuklah terus. Kejar dan kejarlah terus, cari dan carilah terus.

Intisari Bhagawad Gita
A.Drucker

Klik disini untuk melanjutkan »»

Perusakan Pura Sangkareang

Sebuah kejadian yang mencengangkan sempat terjadi pada awal tahun ini. Terjadi perusakan pura di Provinsi Nusa Tenggara Barat tepatnya di Dusun Sangkareang Desa Keru Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat. Berikut sekilas kronologi kejadian perusakan yang diperoleh Redaksi dari PHDI NTB.

Pada awal bulan Januari 2008, terjadi situasi yang kurang kondusif di areal sekitar pura. Terjadi pemagaran areal masuk parkir pura oleh masyarakat sekitar atas perintah seorang warga yang memiliki pengaruh keagamaan yang kuat di daerah itu. Terjadi pula intimidasi pemblokiran suplai material yang disuplai oleh masyarakat sekitar. Pada hari Minggu, 13 Januari 2008 dini hari pukul 00.30 WITA, sekelompok orang yang tidak dikenal mendatangi pura dan melakukan intimidasi dengan cara memainkan sinar lampu senter. Atas peristiwa ini panitia meminta bantuan ke Polsek Narmada agar berkenan menugaskan anggotanya untuk memberikan pengamanan. Kapolsek sangat merespon positif dan mengirimkan 2 anggotanya secara bergilir untuk menjaga pura.

Pada hari Selasa pagi tanggal 15 Januari 2008, aktifitas pekerja berjalan dengan lancar untuk segera menyelesaikan pekerjaan dan melakukan persiapan upacara Ngenteg Linggih yang direncanakan berlangsung tang-gal 22 Januari 2008. Pada pukul 11.00 WITA sempat terjadi kunjungan aparat pemerintah tingkat kecamatan. Sedangkan pada sore harinya pukul 15.30 WITA, Kapolres Lombok Barat beserta rombongan muspika tingkat kecamatan dan KUA didampingi PHDI Kabupaten Lombok Barat mengujungi lokasi Pura Sangkareang. Kapolres Lombok Barat sempat menanyakan tentang material yang digunakan untuk merenovasi pura, karena berkembang isu seluruh material yang dipergunakan untuk renovasi pura berasal dari panitia pembagunan Pura Penataran Agung Rinjani Kebaloan Desa Senaru Kecamatan Bayan Lombok Barat yang dibubarkan oleh rapat Muspida Provinsi NTB tanggal 20 Nopember. Pada sekitar pukul 19.30 WITA tersiar kabar akan ada aksi pengrusakan pura. Hal ini ditindaklanjuti dengan melaporkan kabar tersebut ke Kapolsek Narmada yang kebetulan mampir ke Pura Sangkareang. Laporan ini ditindak lanjuti oleh Kapolsek, namun salah seorang anggota polsek dari Desa Keru meragukan kebenaran berita tersebut.

Pada pukul 23.15 ketika umat yang baru selesai melaksanakan persem-bahyangan dan bersiap-siap untuk beristirahat tiba-tiba dikejutkan oleh adanya lampu senter yang sinarnya berputar ke arah langit, setelah sinar itu hilang disusul dengan teriakan serempak ”serbu” oleh massa seraya mengumandangkan salah satu simbol agama, diikuti dengan lemparan batu dan akhirnya masuk ke areal pura dan membakar pura. Diperkirakan massa berjumlah hampir 1000 orang. Umat Hindu yang ada di pura tersebut berjumlah 21 merasa tidak perlu melakukan perlawanan karena dikha-watirkan menimbulkan konflik agama.

Keesokan harinya pada hari Rabu 16 Januari 2008, sekitar pukul 09.30 WITA bertempat di kantor Camat Narmada dilakukan pertemuan antara perwakilan umat Hindu (PHDI Kab. Lombok Barat dan Kec. Narmada), Tokoh Masyarakat (Toma), Tokoh Agama (Toga) Islam beserta pihak Muspika. Materi pertemuan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan, namun yang berkembang adalah masalah perijinan pendirian rumah ibadah (Pura).

Kegiatan yang dilakukan oleh panitia adalah merenovasi pura yang telah ada sejak abad 17 M bukan pendirian rumah ibadah baru seperti yang diatur dalam Peraturan Bersama Menteri (PBM) No. 09 Tahun 2006 dan No. 08 Tahun 2006 mengatur tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadah. Pihak Toma dan Toga Dusun Sangkareang bersikeras bahwa ketentuan PBM harus diterapkan terhadap kegiatan renovasi pura dan melarang segala bentuk kegiatan di pura tersebut. Hal ini sangat disayangkan oleh panitia renovasi pura karena kegiatan renovasi tahap ketiga secara fisik sudah selesai dilaksanakan dan direncanakan untuk melaksanakan Upacara Ngenteg Linggih. Akhirnya tidak di capai kesepakatan.

Pada hari Kamis tanggal 17 Januari 2008 pukul 17.00 WITA bertempat di pendopo, panitia renovasi didampingi PHDI Prov. NTB mengundang Gubernur NTB dalam rangka menyikapi pengrusakan dan pembakaran Pura Sangkareang. Dalam pertemuan tersebut Camat Narmada menginformasikan bahwa di tingkat Kabupaten telah dilakukan pertemuan tanpa ada perwakilan umat Hindu. Pertemuan tersebut dipimpin oleh Sekda Lombok Barat yang secara subtansial mengukuhkan permohonan Toma dan Toga yang direkomendasi oleh Kepala Desa Keru. Dalam kesempatan ini Gubernur NTB menyampaikan ucapan terima kasih atas kedewasaan umat Hindu dalam menyikapi permasalahan ini.( kronologi selengkapnya dapat dilihat di www.kmhdi.org/berita )

Atas kejadian ini salah satu organisasi yang bernafaskan Hindu yakni Pimpinan Pusat KMHDI (Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia) melakukan pembicaraan dengan beberapa pihak yang terkait untuk ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan permasalahan ini secara tepat dan tidak menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Pimpinan Pusat KMHDI mengeluarkan pernyataan sikap resmi tertangal 18 Januari 2008 yang pada intinya berisi bahwa KMHDI mengutuk keras terhadap aksi pengrusakan ini karena melanggar sikap toleransi beragama yang selama ini diterapkan di Indonesia sehingga menciptakan situasi yang tidak kondusif. Pimpinan Pusat KMHDI juga menuntut pemerintah dan jajaran aparat keamanan untuk bertindak tegas dan bersikap netral dalam penanganan kasus ini. Pernyataan sikap Pimpinan Pusat KMHDI dapat dilihat pada website www.kmhdi.org/berita.

Pernyataan sikap ini coba disampaikan ke beberapa pihak termasuk ke media massa namun tidak satupun media massa nasional memuat berita pengrusakan Pura Sangkareang. Selain itu Presidium Pimpinan Pusat KMHDI di Jakarta coba berdiskusi dengan PHDI, KOMNAS HAM dan Ormas lain untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya. Keputusan yang diambil oleh Pimpinan Pusat KMHDI adalah tidak memperluas aksi secara nasional dalam menyikapi permasalahan ini karena ditakutkan akan menimbulkan konflik umat beragama secara luas. Dalam hal ini bukan berarti KMHDI tidak melakukan apa-apa, Pimpinan Daerah KMHDI NTB dan Pimpinan Cabang KMHDI Mataram melakukan aksi damai turun ke jalan bersama beberapa ormas yang tergabung dalam KKUP (Koalisi Kebangsaan Untuk Perdamaian) pada hari Jumat tanggal 17 Januari 2008. Aksi ini juga berlatar belakang sering terjadinya pelecehan terhadap simbol dan ritual keagamaan dengan tidak mencerminkan sikap toleransi. Dimana sebelumnya pernah terjadi pembubaran pengajian Ikatan Jama’ah Ahlul Bait Indonesia (IJABI).(wnu)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Bedah Buku TPKH


Mendiskusikan agama, apalagi jika dilakukan bersama pakar sering menjadi satu hal yang sangat menarik. Banyak masalah yang dapat dikupas di sini. Hasilnya pun tak jarang sangat memuaskan dan dapat membuat peserta diskusi mendapat tambahan ilmu dan pencerahan.

Semangat itu yang coba diusung oleh Tim Pembina Kerohanian Hindu (TPKH) ITS Surabaya dalam pelaksanaan Bedah Buku pada 9 Maret lalu. Bertempat di Ruang Sidang Teknik Sipil Lantai 2 ITS Surabaya, acara yang ditujukan bagi masyarakat Hindu Surabaya itu berhasil membangkitkan semangat diskusi. Ini terlihat dari antusiasme peserta yang hadir dalam acara tersebut.

Bedah Buku itu sendiri merupakan rangkaian dari TPKH Nyepi Festival 2008 yang bertujuan untuk merayakan hari raya Nyepi. Buku yang dibedah disini adalah salah satu buku karangan Ngakan Made Madrasuta, seorang penulis yang telah menelurkan banyak sekali buku referensi agama Hindu sekaligus pimpinan redaksi bagi majalah Media Hindu, yaitu Hindu Akan Ada Selamanya. Hadir sebagai pembedah, Prof. Dr. Ir. I Made Arya Djoni, MSc. (Penasehat TPKH ITS) dan Dr. Paridjata Westra, M.Agr.S, M.Agr.Sc., DVM (Ketua Litbang PHDI Kota Surabaya). Tampak juga disitu Ketua PHDI Jawa Timur, Wayan Suwarna, dan perwakilan dari WHDI Jawa Timur, Ni Wayan Sulatri.

Acara ini dimulai pada pukul 10.00 dengan diawali sambutan oleh ketua panitia, Putu Pusparini. Ia sedikit menyinggung tentang buku yang akan dibedah kali ini. "Apa benar Hindu ini akan ada selamanya? Kita akan dapatkan jawabannya disini.", katanya. Setelah itu, giliran Ida Bagus Krisna Prabawa, ketua harian TPKH ITS, yang menyampaikan sambutannya. Dia menjelaskan tujuannya diselenggarakannya Bedah Buku ini, yaitu selain untuk menyambut Hari Raya Nyepi, ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi umat Hindu khususnya untuk pendalaman agamanya. "Semoga dengan adanya Bedah Buku ini, dapat menambah wawasan dan dapat mempertebal keyakinan kita sebagai umat Hindu.", jelasnya. Senada dengan Krisna Prabawa, I Made Londen Batan, Ketua Umum TPKH ITS, pun menyebut dalam sambutannya bahwa kegiatan ini juga sebenarnya dilaksanakan untuk pembinaan umat Hindu.

Setelah pemberian sambutan-sambutan di atas, pembedahan buku langsung saja dimulai. Seorang moderator, Dr. Ketut Buda Artana ST, M.Sc., memandu jalannya acara antara penulis, pembedah, dan peserta ini. I Made Arya Djoni mendapat kesempatan pertama untuk membedah buku ini. Ia langsung saja memaparkan ulasannya. Terdapat beberapa poin yang jadi perhatiannya yaitu hal-hal yang menjadi alasan kenapa Hindu akan ada selamanya. Hal-hal tersebut antara lain konsep Sradha yang dapat tumbuh dimana saja sampai keunggulan agama Hindu seperti sifatnya yang melestarikan budaya lokal dan rasionalisme yang ada di dalam ajarannya. Sementara itu, pembedah kedua lebih menitik beratkan di Sradha.

Setelah itu, gliran sang penulis yang menjelaskan uraiannya. Selain menjawab apa yang dipaparkan oleh pembedah, ia juga mengatakan bahwa kendati Hindu saat ini lemah dari segi fisik, termasuk kuantitas, namun dengan segala keunggulannya, ajaran-ajaran suci agama Hindu akan selalu ada di dunia ini. Hal itu terbukti dengan semakin banyaknya nilai-nilai dalam Hindu yang sekarang banyak diaplikasikan dalam kehidupan, tidak hanya oleh umat Hindu sendiri, tapi juga dari luar. ”Sepanjang manusia masih memiliki nurani, Hindu akan selalu ada”, tegasnya.

Kendati begitu, Ngakan juga menyadari bahwa pendidikan agama Hindu bagi inernal umat sendiri masih belum maksimal. Secara khusus ia menyinggung masalah buku-buku Hindu yang masih kurang dan segmentasinya yang belum mencakup semua kalangan.

Sesi interaksi yang dilangsungkan setelah uraian dari pembicara berlangsung cukup ramai. Terlontar bermacam pertanyaan yang mungkin menjadi masalah umat bersama. Beberapa hasil dari interaksi tersebut antara lain perlunya doktrin bagi umat Hindu yang memang belum siap masuk dengan filsafat. Hal ini juga dapat membantu menguatkan Sradha yang bersangkutan sebelum masuk ke filsafat yang membutuhkan tingkat intelektuas yang lebih tinggi. Satu lagi adalah tentang perlu dibangkitkannya kepekaan sosial di kalangan umat Hindu sendiri. Kesadaran untuk membantu umat Hindu lain yang kekurangan dan sangat membutuhkan bantuan perlu ditanamkan kembali. Hal ini juga sebagai perwujudan kepedulian kita untuk mempertahankan eksistensi Hindu dan membuatnya benar-benar ada selamanya.(mei)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Penyucian Diri Melalui Melasti

Umat Hindu yang ada di Surabaya dan sekitarnya pada tanggal 2 Maret 2008 melaksanakan ritual Melasti. Upacara ini erat kaitannya dengan Hari Raya Nyepi Tahun Baru 1930 Saka yang berlangsung lima hari setelahnya. Sekitar 7 ribu umat bergabung bersama dalam acara yang dipusatkan di Pura Agung Jagat Karana Surabaya. Mereka yang datang dari luar Surabaya antara lain berasal dari Sidoarjo, Mojokerto, Lamongan, dan Gresik.

Upacara melasti sendiri dilaksanakan di Pantai Kapangan Aru di kompleks Akademi Angkatan Laut. Ribuan umat Hindu tersebut berangkat beriringan dari Pura Agung Jagat Karana menuju tempat melasti dilaksanakan. Kebanyakan dari mereka berjalan kaki walaupun banyak juga yang menggunakan kendaraan baik motor maupun mobil.

Sekitar pukul 11 siang, upacara melasti itu dimulai. Ritual Pekelem menjadi pembuka rangkaian melasti hari itu. Pekelem sendiri adalah persembahan hasil bumi, baik berupa hasil pertanian maupun ternak, ke laut oleh umat. Di sini, umat mempersembahkan hasil bumi yang mereka bawa sebagai wujud rasa syukur.
Acara dilanjutkan dengan Dharma Wacana oleh I Nyoman Sutantra, dosen ITS sekaligus tokoh keagamaan di Surabaya. Isi dari Dharma Wacananya banyak menyinggung tentang tata krama atau sikap yang seharusnya dilakukan oleh umat Hindu di jaman sekarang ini. Ada siklus Dharma yang harus dipahami dan dilaksanakan yaitu Sat, Cit, dan Ananda. Siklus dharma tersebut dapat diaplikasikan dalam Tri Hita Karana melalui pelaksanaan Panca Yadnya.

Acara setelah itu dilanjutkan dengan persembahyangan bersama. Umat bersembahyang dengan khidmat dipimpin oleh Pedanda yang bertugas. Selesai persembahyangan, semua umat mendapat Thirta Amerta yang dipercaya mampu menyucikan diri. Akhirnya saat semua umat telah mendapatkan Thirta, persembahyangan ditutup. Umat pun kembali ke Pura Agung Jagat Karana sekitar pukul dua siang.

Upacara Melasti ini juga diiringi oleh persembahan musik gong dari beberapa sekehe gong yang ada di Surabaya dan sekitarnya. Tercatat ada beberapa sekehe gong yang berpartisipasi yaitu dari Pura Segara Surabaya, Pura Agung Jagat Karana, Pura Jala Sidhi Amertha, dan Lamongan.

I Made Suweca dalam pengumumannya setelah persembahyangan mengatakan bahwa terdapat banyak agenda sehubungan dengan rangkaian pelaksanaan Nyepi tahun ini. Selain melasti seperti yang tersebut di atas, pada hari Kamis (6/3) atau sehari sebelum Nyepi, akan dilaksanakan upacara Tawur Kesanga yang dipusatkan di Pura Agung Jagat Karana. Sementara pada hari Sabtu, upacara Ngembak Geni akan dipusatkan di Pura Segara Surabaya. Kemudian, selain upacara-upacara yang memang termasuk rangkaian perayaan Nyepi, umat Hindu Surabaya kembali akan menghelat Dharma Shanti gabungan pada 30 Maret 2008. Acaranya sendiri rencananya digelar di Wantilan Agung Dewaruci, Pura Segara Surabaya. (mei)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Jerat Waktu

De Bogler : Yan, ayo kita main pingpong besok sore!!
Yan Robert : Sorry De, aku sibuk sekali nih, tugasku numpuk. Belum lagi besok aku ada rapat di jurusan dan di UKKH.
De Bogler : Sok sibuk aja kamu, Yan!!
Yan Robert : Beh gimana men, sulit jadi orang penting nok..

Mungkin percakapan itu pernah terlontar antara teman-teman sekalian dalam keseharian. Memang ada dua tanggapan dan perasaan orang tentang waktu. Beberapa orang mengeluh karena merasa tak pernah punya waktu seperti yang dirasakan Yan Robert, sedangkan beberapa orang yang lain selalu mencari jalan untuk membunuh waktu. Padahal sebenarnya waktu telah dibagikan kepada kita semua secara seadil-adilnya, sehingga tidak seorang pun yang mendapat jatah lebih atau malah sebaliknya kurang. Jadi apa sih yang kadang-kadang membuat seseorang merasa hari-harinya terasa sangat panjang atau begitu pendek??? Yup… Pembagian tugas-tugas yang tidak merata pada setiap individu yang menyebabkan waktu seseorang terasa sangat sempit atau begitu panjang.

Seringkali masalah-masalah waktu timbul karena situasi eksternal. Dalam keseharian kita mengikuti perkuliahan di kampus, biasanya kita tidak mempunyai pilihan lain kecuali mengikuti jadwal-jadwal yang telah ditetapkan. Di samping hal itu, bagi yang suka ikut “gradag-grudug” di suatu organisasi, dituntut pula untuk menghadiri pertemuan atau rapat. Apakah ini nasib??? Tentu tidak, ini bukan semata-mata masalah nasib, namun justru bisa dikatakan hal tersebut adalah masalah-masalah ciptaan kita sendiri. Tak henti-hentinya kita terjerat oleh jebakan-jebakan waktu yang kita buat sendiri dengan menjadwalkan terlalu banyak kegiatan dalam hari-hari kita. Akibatnya, kita akan menjadi marah-marah dan stress sendiri bila pekerjaan yang kita rencanakan memunculkan banyak masalah yang tidak kita duga dan kita harapkan.

Secara umum jebakan-jebakan waktu yang sering kita alami sehari-hari dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu :

1. Kegiatan wajib
Yang dapat dimasukkan dalam kegiatan wajib dalam kehidupan sehari-hari kita tentunya adalah rutinitas kita sebagai mahasiswa yaitu kuliah. Hampir sebagian besar waktu kita dihabiskan untuk ini dan segala “tetek bengek” yang mengiringinya seperti tugas-tugas. Tapi mau bagaimana lagi, ini adalah tujuan dan kewajiban kita atas status kita sekarang sebagai mahasiswa.

2. Ketakutan pada kesia-siaan
Mungkin teman-teman pernah membaca atau mendengar bunyi hukum Parkinson pertama yang di rumuskan oleh C. Northcote Parkinson yang berbunyi “suatu pekerjaan dibesar-besarkan demi mengisi alokasi waktu yang disediakan untuk menyelesaikannya”. Hal ini sering kita jumpai dalam keseharian, seperti ketika kita harus antri untuk mendapatkan pelayanan di suatu ATM. Kita biasanya akan sedikit marah atau bahkan marah-marah karena diharuskan menunggu terlalu lama, padahal kita sebenarnya punya banyak waktu. Apa sebenarnya yang terjadi? Hal ini karena setiap orang benci akan ketidakaktifan. Kita umumnya takut kepada kesia-siaan atau ketidakaktifan karena menggangap hal itu akan mencerminkan keberadaan diri kita. Sehingga kita biasanya mengambil pekerjaan melebihi dari kemampuan kita

3. Ketidakmampuan berkata tidak
Selain karena ketakutan kita pada kesia-siaan, banyak di antara kita mengambil tanggung jawab lebih banyak dari pada kemampuan diri, bukan karena keinginan spontan untuk membantu, tetapi karena kita khawatir kalau orang lain akan memandang remeh kita bila kita kurang sibuk. Sebagai contoh, Yan Robert yang sadar kuliahnya dalam beberapa semester ke depan sangat padat, karena ketidakmampuannya berkata tidak dan karena ingin menjadi orang yang sok sibuk dan mendapat pengakuan dari sekitar, menerima semua tawaran apapun yang dibebankan kepadanya, semisal menjadi pengurus di UKKH, di HIMA, dan masuk kepanitian kecil di angkatan.

Kedepannya, keinginan kita untuk dipuji tumbuh menjadi sangat kuat sehingga kita umumnya berulang kali berkata tugas-tugas yang dibebankan ke kita sangat menyita waktu dan teramat sulit dilakukan. Ujung-ujungnya jika semua sudah mentok, kita akan menjadi marah pada diri kita sendiri dan mungkin saja orang lain karena ternyata kita gagal untuk melaksanakan tanggung jawab atau pekerjaan yang dibebankan kepada kita. Masalah bagi kita yang sangat sulit untuk berkata TIDAK, adalah kita selalu membebani diri kita dengan tanggung jawab yang lebih besar dari kemampuan kita. OK, let’s learn to say NO from now.

4. Saat awal yang sulit
Contoh ini sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Kejadian ini saya alami sendiri ketika berencana membuat tulisan ini. Saat itu, sore setelah pulang dari kampus, rencananya saya langsung membuat sebuah tulisan untuk Wiweka. Namun setiba di rumah, perasaan malas dan kebiasaan lama suka menunda-nunda mulai merasuk. Saya putuskan untuk makan dulu, mungkin setelah itu bisa langsung membuat tulisan ini. Tapi apa yang terjadi? Sampai besok paginya, tulisan ini belum selesai karena setelah makan dan nonton TV, ada acara bagus dan keterusan sehingga rencana awal ditunda lagi. Tapi untungnya tulisan ini bisa selesai juga dan dimuat di Wiweka. Permasalahan di sini adalah biasanya bila kita membiarkan diri, kita akan mengalami kemacetan dalam menyelesaikan sejumlah pekerjaan kecil sebelum kita memusatkan perhatian pada pekerjaan utama. Setelah memberikan perhatian penuh pada tugas berikutnya, banyak waktu yang telah terbuang.

Dalam buku Michael Ende yang berjudul MOMO, terdapat sebuah kisah tentang seorang gadis yang tidak punya apa-apa selain waktu. Dengan bantuan teman-temannya, gadis tersebut berhasil memerangi pencuri-pencuri waktu. Di buku itu juga dituliskan “kehidupan menggenggam suatu misteri kehidupan yang sangat lazim, yang dimiliki oleh setiap orang. Misteri tersebut adalah misteri waktu. Kalender dan jam adalah hanya sebagai sarana pengukur waktu, tetapi kalender dan jam tidak sangat berarti karena waktu yang sebenarnya adalah kehidupan itu sendiri”. Namun saya pribadi berharap, setelah teman-teman membaca tulisan ini, teman-teman tidak menjadi enggan untuk bergabung di suatu kepanitiaan atau menjadi pengurus di suatu organisasi. Hanya pertimbangkan juga kemampuan diri, sebatas mana dan seberapa dalam kita akan terjun di dalam organisasi itu. Sehingga kedepannya organisasi tidak menjadi kambing hitam atau kambing belang jika kita gagal dan terhambat untuk mencapai tujuan utama kita kuliah yaitu LULUS/TAMAT/SELESAI/THE END/PUPUT.

Diambil dan diringkas dari beberapa buku, artikel dan pergaulan di keseharian
I Putu Lisna Kurniawan
Statistika ITS 2004
Stat_55@plasa.com

Klik disini untuk melanjutkan »»

Kokology Kisah Cinderella

Kisah orang miskin menjadi kaya. Seorang gadis yang mimpinya jadi kenyataan. Cinderella adalah salah satu dongeng klasik dalam sastra dunia. Dari semua adegan dalam dongeng yang dapat diingat, adegan mana yang paling berkesan dalam pikiran Anda?

1.Cinderella menderita di bawah tekanan ibu tiri.
2.Cinderella diubah menjadi putri yang cantik oleh ibu peri.
3.Cinderella ketinggalan sepatunya di tangga istana ketika jam dua belas malam.
4.Adegan di mana akhirnya sang pangeran menemukannya dan me­makaikan sepatu kaca di kaki Cinderella.

PENJELASAN KISAH CINDERELLA
Mengapa terkesan terhadap adegan yang Anda pilih? Pembahasan secara lebih detail terhadap setiap bagian adegan memberitahu kami bahwa pilihan Anda berhubungan dengan kele­mahan atau kekurangan karakter terkuat Anda.
1.Cinderella menderita di bawah tekanan ibu tiri.
Bayangan Cinderella yang malang membersihkan lantai selagi ibu tiri dan kakak tiri menyiramnya dengan perlakuan kejam menim­bulkan rasa kasihan. Tapi di balik rasa kasihan ada rasa kebanggaan dan kesombongan, Anda mengingat adegan ini karena membuat merasa lebih mulia dari seseorang. Adalah baik bisa memandang remeh orang lain dengan lembut. Tetapi berhati-hatilah terhadap kecenderungan Anda selalu meremehkan mereka.

2.Cinderella diubah menjadi putri yang cantik oleh ibu peri.
Dengan tongkat ajaib, ibu peri yang baik hati mengubah Cin­derella menjadi putri mempesona dan mengubah dunianya selamanya. Tapi di dunia nyata, segalanya tidak begitu mudah dilakukan. Kesalahan terbesar adalah kebutaan Anda terhadap pertanyaan mudah dalam hidup dan kurangnya perhatian terhadap perencanaan dan akibatnya.
Anda nampak lupa bahwa tidak ada ibu peri yang menanti menyela­matkan Anda dari masalah yang Anda ciptakan sendiri.

3.Cinderella ketinggalan sepatu di tangga istana ketika jam duabelas malam.
Adegan ini meninggalkan kesan yang kuat kepada Anda karena mempengaruhi perasaan ketergantungan kepada orang lain. Sangat mudah membayangkan diri Anda melarikan diri pada tengah malam, meninggalkan masalah dan pertanyaan yang belum terjawab di bela­kang Anda. Dalam jangka pendek, bergantung kepada orang lain untuk menyelesaikan masalah mungkin terlihat seperti cara yang mudah dalam hidup, tapi suatu hari Anda harus menghadapinya sendiri.

4.Adegan di mana akhirnya pangeran menemukan dan memakaikan sepatu kaca di kaki Cinderella.
Hampir semua orang menyukai akhir kisah bahagia. Anda meng­anggap diri Anda seperti itu. Di situlah masalah Anda. Anda terlalu mudah puas dengan hal yang sederhana, normal, dan rata-rata. Semua yang Anda harapkan dari hidup adalah pekerjaan yang rata-rata, gaji yang rata-rata, teman yang rata-rata, keluarga yang rata-rata, anak yang rata-rata. Berusahalah untuk menemukan apa yang membuat Anda unik dan asli. Ingatlah, Anda adalah seorang individu, bahkan ketika Anda tidak merasa demikian.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Tentang Wiweka

Buletin Wiweka adalah sebuah media mahasiswa Hindu di Surabaya. Pada awal terbentuknya, buletin ini merupakan salah satu progam kerja garapan Pimpinan Cabang Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Surabaya (PC KMHDI Surabaya). Konsepnya dulu hanya diterbitkan untuk kalangan terbatas saja secara gratis.

Memasuki kepengurusan baru 2007-2009, Buletin Wiweka mencoba berdiri secara independen. Maksudnya independen disini adalah isi dari buletin ini tidak lagi dikerjakan oleh pengurus. Terdapat suatu kepengurusan khusus diluar struktur kepengurusan. Tujuan mulianya adalah agar buletin ini juga dapat berfungsi sebagai auto kritik bagi KMHDI sendiri. Pendanaan pun diusahakan sendiri oleh tim Wiweka. Oleh karena itu, buletin ini sekarang diterbitkan untuk dijual seharga Rp. 2.000,-/ eksemplar.

Dalam perjalanannya, bukan berarti Buletin Wiweka lepas begitu saja dari KMHDi, khususnya PC KMHDI Surabaya. Buletin ini masih memakai logo KMHDI atas persetujuan ketua PC KMHDI Surabaya. Sebagai timbal baliknya, orang-orang yang mengurus Wiweka dibatasi hanya dari golongan internal organisasi saja. Hal ini juga dengan tujuan memberdayakan anggota KMHDI, utamanya dalam bidang jurnalistik.

Akhirnya setelah terbit empat kali, kami memutuskan untuk lebih menyebarluaskan buletin ini melalui media internet. Hingga hadirlah blog ini yang kami persembahkan untuk semua mahasiswa Hindu khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Semoga dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Klik disini untuk melanjutkan »»

First Posting (hope not the last..)

Here's the beginning..

Buletin Wiweka, sebuah proyek mahaagung bin mahaiseng dari arek-arek KMHDI di Surabaya.
Tapi, kendati namanya mahaiseng, nyatanya justru menyita lumayan banyak waktu, pikiran, tenaga, hingga materi. (Ga laku2 banget lagi, hihihiks33...)

Yah, jadi kita dari redaksi (atau reditor yah), ingin agar karya ini juga dapat dinikmati temen2 seantero negeri. Syukur2 menggantikan fungsi printer.

Isinya masih seputar isu nasional yang menarik, berita pemuda dan umat Hindu di Surabaya, hingga penjelajahan tempat2 yang layak kita ketahui bareng. Yah semoga bisa menjadi satu dari sekian banyak informasi yang dapat menambah wawasan temen2 sekalian.

Enjoy..

Klik disini untuk melanjutkan »»

Hubungi Redaksi Wiweka

Kontak Redaksi
==============
Jika terdapat pertanyaan, usul, kritik, ataupun saran mengenai Buletin Wiweka ini, pembaca dapat mengirimkannya langsung melalui email wiweka_sby@yahoo.com atau buletinwiweka@gmail.com


Pengiriman Tulisan
===================
Redaksi menerima tulisan baik berupa berita, opini,maupun agenda kegiatan dari siapa saja. Berita maksimal 1 halaman kertas A4 font Times New Roman ukuran 12 spasi rapat.
Opini maksimal 2 halaman kertas A4 font Times New Roman ukuran 12 spasi rapat.
Redaksi berhak mengubah judul maupun isi tulisan selama tidak mengubah maksud dari
tulisan tersebut. Tulisan tersebut belum pernah dimuat di media lain. Tulisan dapat dikirim ke alamat redaksi di:

Jl. Siwalankerto Timur 1/96
Surabaya 60236


atau melalui email di:

wiweka_sby@yahoo.com

disertai dengan identitas lengkap penulis. Berita lebih baik disertai dengan foto.

Space Iklan
============
Bagi para pembaca yang ingin mengisi space iklan dapat menghubungi bagian marketing:
IKA

Klik disini untuk melanjutkan »»

Mencari TPKH 1

31 Mei 2008 mungkin merupakan hari yang menyedihkan atau bahkan spesial bagi Ida Bagus Krisna Prabawa atau biasa dipanggil Cebonk. Bagaimana tidak, jabatannya sebagai ketua TPKH ITS periode 2007/2008 akan ditanggalkan tepat pada hari itu. Acara pelengseran Cebonk dan kroni-kroninya atau lebih formalnya dengan nama Suksesi diselenggarakan di Ruang kelas Saraswati 1 Pura Agung Segara Kenjeran dan dimulai menurut rencana pukul 09.00 waktu setempat. Acara diawali dengan sembahyang bersama, kemudian berlanjut ke acara-acara khas suksesi yaitu pembacaan LPJ kepengurusan 2007/2008 dan acara-acara lanjutannya. Namun yang paling paling seru disini adalah acara debat calon ketua yang merupakan episode tersambung yang sebelumnya telah dilaksanakan di Teater C ITS pada Jumat(30/5). Dalam suksesi ini ada enam calon yang berani menawarkan diri dengan gebrakan-gebrakan program kerja untuk kepengurusan berikutnya. Keenam calon tersebut adalah Komkom (Elektro 2006), Dwi (Statistik 2006),Jupa (FTK 2006), Riana (Mesin, 2006), Bayu (Arsitek 2006), dan Agung (TC 2006). Namun karena sesuatu sebab, Bayu mengundurkan diri sebagai calon ketua.

Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat anggota TPKH dan pendukung Bayu. Mereka semua dengan semangat juang yang membara siap memilih mana yang terbaik dari 5 calon yang tersisa untuk duduk sebagai TPKH 1 dan mengantarkan TPKH ke arah yang semakin baik. Debat seru tidak dapat dihindari, satu demi satu peserta yang hadir melontarkan pertanyaan-pertanyaan kritisnya untuk membuktikan dan memberikan penilaian kepada kelima calon. Sekritis apapun para peserta memberi pertanyaan dan pernyataan, kelima calon mampu membabat habis dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan jawaban yang memukau.

Akhirnya acara yang ditunggu-tunggu telah tiba, yaitu Nyoblos satu demi satu peserta yang hadir masuk ke bilik suara untuk memilih mana dari kelima calon tersebut yang pantas untuk menggantikan Cebonk sebagai TPKH 1. Perhitungan suara dilaksanakan dengan tertib namun tetap segar dan ceria walaupun waktu sudah semakin sore. Satu demi satu pilihan peserta dibacakan dan akhirnya terpilih satu calon yang mendapatkan perolehan suara tertinggi yaitu Komkom kemudian diikuti oleh Jupa, Riana, Agung dan Dwi. Para calonpun bersalaman untuk mengucapkan kemenangan kepada Komkom dan penghentikan ”peperangan” mereka dalam perebutan kursi ketua TPKH. Acara selesai dan prosesi mandi di ”sungai gangga”-nya Kenjeran bagi ketua lama dan ketua barupun menyemarakkan suasana.

Selamat kepada ketua terpilih.Semoga ketua yang baru dapat membawa TPKH ITS kearah yang lebih baik.

Klik disini untuk melanjutkan »»
 

Berita Terbaru

Opini Terbaru

Iklan

Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | Power by blogtemplate4u.com