Selamat Datang Mahasiswa Baru, Jadilah Mahasiswa yang Sujjana

Elite intelektual, itulah predikat keren dan mentereng yang disandang para mahasiswa. Predikat ini tidak muncul dengan sendirinya tetapi didorong oleh posisi strategis mahasiswa yang memiliki karakter penuh dengan idealisme, sikap kritis, kreatif, inovatif dan independen. Idealisme dan sikap kritis mahasiswa, menjadi dasar independensinya yang tidak mudah dimanfaatkan oleh kepentingan pihak (kelompok) tertentu. Posisi strategis ini memungkinkan mahasiswa memegang peran sebagai agen perubahan (agent of change), agen pengendali (agent of control), dan agen sosial (agent of social), disamping sebagai masyarakat ilmiah dimana kewajiban untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tetap harus terselesaikan dengan baik.

Sebagai agen perubahan, mahasiswa dapat menjadi motor penggerak atas perubahan yang harus dilakukan menuju kondisi yang lebih baik. Dalam sejarah, agen utama dari berbagai perubahan yang terjadi di negeri ini adalah mahasiswa. Aktivis gerakan mahasiswa eksponen 66 menjadi barisan terdepan atas perubahan politik dan ekonomi yang terjadi pada peralihan pemerintahan orde lama ke pemerintahan orde baru. Gerakan mahasiswa tahun 1998 berhasil melakukan reformasi atas kebuntuan demokrasi dan kerapuhan sendi perekonomian bangsa dengan tumbangnya pemerintahan orde baru, beralih ke pemerintahan reformasi. Walaupun bukan sebagai pengambil keputusan (decision maker), dengan sikap kritisnya mahasiswa dapat menjadi agen pengendali terhadap suatu kebijakan yang banyak merugikan masyarakat dan bangsa secara keseluruhan. Jaringan komunikasi antar mahasiswa memungkinkannya untuk melakukan berbagai gerakan sebagai bentuk protes atas kebijakan yang banyak merugikan masyarakat, baik kebijakan yang diambil oleh birokrasi maupun lembaga-lembaga non pemerintah. Disamping kesibukkan dengan buku-buku atau materi-materi perkuliahan, mahasiswa juga harus peka (peduli) dengan kondisi yang terjadi disekitarnya, baik di lingkungan tempat tinggal, lingkungan kampus dan lingkungan komunitas sosialnya. Kepedulian sosial mahasiswa dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk mulai dari pendampingan masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki, memberikan bantuan (advokasi) terhadap masyarakat tertindas dalam memperjuangkan hak-haknya dan berbagai bentuk kepedulian sosial lain karena sesungguhnya mahasiswa juga memiliki peran sebagai agen sosial. Terakhir, sebagai masyarakat ilmiah, mahasiswa dituntut juga untuk selalu inovatif dan kreatif, menghasilkan karya-karya terbaik untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, baik melalui penemuan-penemuan bidang teknologi, kesehatan, bisnis-manajemen maupun nilai-nilai kehidupan masyarakat.

Konsekuensi sebagai penyandang predikat elite intelektual menuntut mahasiswa untuk memenuhi dan mengimplementasikan karakter tersebut dalam setiap aktivitasnya. Kualitas seorang mahasiswa tidak saja ditunjukkan oleh tingkat indeks prestasinya, tetapi juga seberapa mampu dia merefleksikan idealisme, sikap kritis dan kepedulian terhadap peningkatan nilai-nilai dan kehidupan masyarakat.

Peran yang Berbeda
Saat menjadi pelajar (siswa), peran yang disandang lebih pada bagaimana menyelesaikan proses belajar-mengajar dengan baik (nilai dan pemahaman terbaik). Seorang pelajar saat ini waktunya lebih disibukkan untuk mengikuti berbagai pelajaran tambahan. Sedangkan kegiatan berorganisasi tidak menjadi kebutuhan dan biasanya hanya memanfaatkan sisa waktu setelah tugas utama terpenuhi. Hal ini dilatarbelakangi bahwa pendidikan pada umumnya mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Mahasiswa baru, yang baru saja melepas statusnya sebagai pelajar, akan memasuki pintu gerbang “rumah baru” yang bernama perguruan tinggi. Berbeda dengan peran siswa seperti di atas, di rumah para elite intelektual ini, kecerdasan akademik, walaupun yang utama, tetapi bukan satu-satunya yang harus dipupuk mahasiswa. Sebagai kelompok elite intelektual, mahasiswa baru harus memahami bahwa ada peran dan tanggung jawab baru yang berbeda dibanding saat masih berstatus pelajar. Berbagai peran lain, selain sebagai “kutu buku”, diharapkan juga dapat dilakukan.

Masyarakat mengharapkan keterlibatan mahasiswa pada berbagai perubahan, pengendalian atas berbagai kebijakan dan aksi sosial kemasyarakatan, sebagai penyeimbang dari kekuatan politik dan birokrasi yang sarat akan kepentingan kelompok, individu dan kekuasaan. Peningkatan peran dan tanggung jawab ini menuntut tingkat kedewasaan yang lebih matang, tanggung jawab dan kemandirian baik dalam cara berpikir, berpendapat maupun dalam mengaktualisasikan ide-ide yang dimiliki.

Strategi Memainkan Peran
Setelah memahami bahwa ada peran yang berbeda antara pelajar (siswa) dengan maha-siswa, maka diperlukan strategi yang berbeda pula untuk mencapai sukses pada komunitas baru ini. Setiap usaha mencapai tujuan memerlukan strategi dan sumber daya untuk mendukung penerapan strategi tersebut. Apa strategi sukses menjalani peran sebagai mahasiswa? Pertanyaan ini tentu muncul pada setiap mahasiswa. Walaupun tidak sekompleks perumusan strategi bisnis, setiap mahasiswa harus memiliki strategi yang tepat dalam memainkan perannya dengan sukses. Walaupun tetap ada dalam persaingan yang sehat, sebagai masyarakat ilmiah, mahasiswa harus beraliansi secara strategis baik dengan sesama mahasiswa maupun lembaga-lembaga kemahasiswaan untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi yang dimiliki dengan saling menguntungkan. Disamping itu, pembentukan jaringan komunikasi antar mahasiswa perlu diperkokoh untuk mendapatkan informasi dengan cara efektif dan efisien. Jaringan komunikasi yang harus dibentuk tidak saja untuk kebutuhan ilmiah tetapi juga jaringan komunikasi pergerakan-pergerakan positif dalam mendewasakan pemikiran dan penalaran.

Kembali pada peran mahasiswa sebagai agen seperti disebutkan sebelumnya, disamping aktif dalam kelompok-kelompok pengkajian ilmiah, mahasiswa juga harus aktif berorganisasi. Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari aktivitas organisasi, seperti semakin luasnya jaringan yang dimiliki, terasahnya sikap kritis dan idealisme sebagai agen perubahan dan agen pengendali, dan semakin terasahnya kepedulian sosial terhadap permasalahan masyarakat. Berorganisasi tidak lagi hanya memanfaatkan waktu yang tersisa, tetapi harus mendapat porsi waktu khusus, karena bagi mahasiswa, berorganisasi adalah juga kebutuhan untuk mendewasakan diri.

Tiga Pilar Kecerdasan Sarjana Sujjana
Sarjana yang sujjana tidak saja cerdas dalam bidang akademik, baik dalam pemahaman konsep maupun penerapannya, tetapi juga mampu menguasai dan mengendalikan diri dan bermoral baik. Pencitraan seorang sarjana yang sujjana dapat ditangkap dari cara berperilakunya, menyelesaikan masalah, dan memandang orang lain. Mereka sangat bijaksana, memiliki kepekaan terhadap permasalahan di sekitarnya, dan memiliki cradha (keimanan) yang tinggi. Menjadi seorang sarjana yang sujjana dicirikan oleh tiga pilar kecerdasan yang secara proporsional membentuk kualitas dirinya. Ketiga kecerdasan itu meliputi kecerdasan akademik, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Pelaksanaan peran yang dimiliki mahasiswa mulai dari agen sosial, agen pengendali, sampai agen perubahan merupakan proses pendewasaan dan pembentukan kualitas diri yang mengasah ketiga pilar kecerdasan tersebut.

Selamat datang mahasiswa baru, asah segala kemampuan, persiapkan diri untuk melaksanakan peran dengan baik dan semoga menjadi sarjana yang sujjana.

IBK Bayangkara
Dosen Universitas Tujuh Belas Agustus
Alumni KMHDI Angkatan Pertama

Klik disini untuk melanjutkan »»

Tanggung Jawab Menyandang Status Mahasiswa

Bagi kawan-kawan yang baru menyandang status mahasiswa, saya ucapkan selamat terlebih dahulu. Tidak semua masyarakat Indonesia, setelah menamatkan pendidikan di SMA, dapat menikmati perkuliahan. Menyandang status mahasiswa berarti kawan-kawan sudah menjadi golongan masyarakat elit di Indonesia.

Entah dengan alasan demi membahagiakan orang tua, gampang cari duit, ingin cari pacar, buat mengisi waktu daripada tidur saja di rumah, atapun apa itu, yang jelas saat ini kawan-kawan telah menyandang status mahasiswa. Status baru itu mengindikasikan kawan-kawan tidak cukup belajar teori-teori atau praktek sesuai dengan bidang masing-masing. Sebagai mahasiswa, ada menu tambahan tentang kehidupan sosial kemasyarakatan yang harus dipelajari.

Tidak dapat dihindari, setelah menamatkan diri sebagai mahasiswa, kawan-kawan akan terjun langsung ke masyarakat, yang butuh lebih dari sekedar ilmu yang kita fokuskan di perkuliahan. Sehingga, dari awal menyandang status mahasiswa, kawan-kawan harus sudah menyadari bahwa tanggung jawab yang diemban semakin besar.



Memang tidak dapat dipungkiri, tiap individu memiliki prioritas yang berbeda. Ada yang fokus belajar, belajar, dan belajar sampai butek seperti gambar di atas. Dengan alasan mahalnya biaya pendidikan dan terlalu cinta keluarga, maka ia harus cepat-cepat menyelesaikan kuliah. Berharap nanti cepat juga bisa ngumpul kembali bersama keluarga, kawin, punya anak, dan bahagia sejahtera.

Namun, kawan-kawan juga harus coba sadari, selain tugas pokok sebagai seorang mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan ilmu, ada hal lain yang perlu mendapat perhatian. Sedikitnya, ada dua alasan mengapa kita harus mulai meluangkan waktu dan tidak hanya sekedar duduk manis di bangku kuliah.

1. Alasan normatif
Kita, sebagai manusia yang beradab, adalah manusia yang bertanggung jawab. Kita sebagai manusia, apalagi termasuk golongan yang diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan lebih, bertanggung jawab atas segala perubahan yang terjadi pada diri kita dan alam sekitar. Kita harus mulai bisa mengambil peran dalam setiap perubahan, bukan hanya menjadi penikmat perubahan yang terjadi. Ingat bagaimana peran mahasiswa mengambil peran dalam melengserkan kekuasan orde baru. Di sana terlihat peran mahasiswa, yang sering disebut intelektual muda, sebagai aktor utama dalam perubahan dari orde baru ke era reformasi.

Contoh lebih lawas lagi, bagaimana dulu, sebelum kemerdekaan, Soekarno (Bung Karno) yang mewakili generasi muda berjuang untuk memerdekakan Indonesia. Entah apa jadinya kalau kaum muda waktu itu hanya sibuk belajar dan belajar saja. Mungkin sampai sekarang bangsa Indonesia masih merupakan bangsa terjajah. Jadi kawan-kawan harus mulai dapat mengambil peran lebih dalam setiap perubahan yang ada. Bukan hanya menjadi penikmat dari perubahan yang terjadi.

2. Alasan pragmatis
Alasan ini biasanya dikenal dengan hutang masa produktif. Di saat kita memperoleh pendidikan dari SD, SMP, SMA dan sekarang sampai di perguruan tinggi, kita dikatakan memiliki hutang masa produktif. Kenapa kita disebut berhutang? Karena saat kita sedang menempuh pendidikan, masyarakat mengijinkan kita untuk tidak berkontribusi nyata.

Sebagai contoh, Wayan Bogler Ajus, yang hanya menamatkan pendidikan formal sampai SD kemudian memutuskan untuk menjadi pematung. Lewat patung yang dihasilkannya, Yan Bogler sudah dikatakan berkontribusi nyata pada masyarakat. Namun, seandainya Yan Bogler memutuskan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, maka selama ia belajar di bangku sekolah formal, ia tidak akan menghasilkan (berkontribusi nyata) apapun bagi masyarakat dan justru menghabiskan sumber daya masyarakat.

Mungkin ada yang berkilah, saat kuliah, kuliah yang bener dulu, nanti setelah tamat baru berkontribusi pada masyarakat. Mudah-mudahan pikiran seperti ini dapat terealisasikan. Masalahnya, seseorang, setelah menamatkan pendidikan, sering akan disibukkan dengan urusan pekerjaan dilanjutkan urusan keluarga. Ini yang membuat waktu untuk berkontribusi ke masyarakat tidak terwujud.

Dari dua alasan diatas, sudah saatnya kawan-kawan sebagai generasi dan individu, yang telah diberi kesempatan lebih untuk mengenyam pendidikan di tingkat perguruan tinggi, mulai sedikit meluangkan waktu untuk kegiatan sosial kemasyarakatan. Jangan menunggu waktu sampai lulus dulu, apalagi berkeluarga. Sehingga kita melupakan hutang masa produktif kita dan fokus pada kehidupan keluarga. Lakukan apa yang bisa kita lakukan dan berikan untuk masyarakat sekarang ini dan jangan menunda-nunda waktu. Kita sebagai mahasiswa sudah tidak seperti siswa lagi yang umumnya hanya duduk manis di ruang kelas menerima materi. Tanggung jawab dan kontribusi yang diharapkan dari kita sudah semakin besar.

Berdasarkan ulasan tersebut, penulis berharap apa yang nantinya kawan-kawan lakukan selama menjadi mahasiswa berimbang, antara mengejar gelar akademis dengan kegiatan sosial kemasyarakatan. Banyak hal nyata yang bisa kita lakukan, misalnya dengan mengikuti bakti sosial yang dilakukan oleh UKKH atau TPKH. Dengan meluangkan waktu dua atau tiga hari dalam setahun, kita coba melatih kepekaan sosial kita minimal terhadap saudara-saudara kita seiman yang ada di pelosok-pelosok.

Mudah-mudahan kedepannya kawan-kawan dapat lulus tidak hanya bermodalkan kecerdasan akademik semata namun juga dengan kepekaan sosial.

Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata (Rendra)
I Putu Lisna Kurniawan
Kepala Departemen
Penelitian dan Pengembangan PP KMHDI 2008-2010

Klik disini untuk melanjutkan »»

Saya Mengaku

Mereka berdesak-desakan hingga saling dorong. Jumlah mereka semakin lama semakin banyak, diperkirakan mencapai 5 ribu orang. Mereka datang tidak hanya dari Pasuruan saja. Tidak sedikit dari mereka datang dari kota-kota lain di sekitar Pasuruan. Sejumlah besar di antara mereka harus meninggalkan rumah menuju lokasi sejak pagi hari. Sebagian lagi rela antri di lokasi sejak pukul 4 dini hari.

Di rumah H. Syaikon, Kelurahan Purutrejo, Kecamatan Purworejo, Pasuruan, mereka berkerumun berebut keberuntungan. Namun, hari itu (15/9) menjadi hari yang penuh pilu dan duka, sebab 21 orang meninggal dunia dalam kejadian itu. Sebagian karena kehabisan oksigen. Sebagian lagi karena terinjak sesamanya saat berdesakan berebut keberuntungan. (Jawa Pos, 16/9/2008)

Berapakah nilai nominal keberuntungan yang mereka perebutkan hingga berujung kematian di antara mereka? Miris! Mereka “hanya” memperebutkan keberuntungan sebesar 30 ribu rupiah untuk masing-masing penerima. Itu pun nyawa mereka pertaruhkan.

Saya katakan “hanya”, bukan karena saya sombong. Maaf saya tidak bermaksud seperti itu. Saya jadi teringat dengan wakil-wakil rak-yat di Senayan, yang mulia anggota DPR. Saya katakan “hanya” karena besaran nominal itu jauh dari besaran nominal yang didapat ang-gota DPR dalam skandal traveler's cheque yang diungkapakan oleh Agus Condro.

Agus Condro dari Fraksi PDIP mengung-kapkan, dia mendapatkan gratifikasi sebesar 500 juta rupiah. Uang itu didapatkan setelah Miranda Goeltom terpilih sebagai Deputi Gubernur Senior BI. Uang sebesar itu dia terima dalam bentuk 10 lembar traveler's cheque, ma-sing-masing 50 juta rupiah. Tentu saja uang sebesar itu tidak didapat dengan berdesakan. Tidak perlu datang sejak pagi. Tidak juga mengakibatkan kematian.

Kejadian seperti tragedi di Pasuruan bukan untuk pertama kalinya terjadi. Sudah sering terdengar wong cilik menjadi korban karena berdesak-desakan untuk mendapatkan sumbangan. Suatu ironi, untuk mendapatkan bantuan guna menyambung hidup, mereka harus kehilangan hidupnya.

Begitu juga dengan skandal yang melibatkan anggota parlemen. Kasus BLBI yang hingga kini belum selesai, kasus Al Amin Nasution dan banyak kasus-kasus lainnya menjadi bukti, sudah sering anggota DPR terlibat korupsi.

Pemandangan yang begitu menyayat hati. Di satu sisi kita melihat rakyat menderita karena himpitan ekonomi. Sebaliknya, wakil mereka justru berfoya-foya, berlimpah kekayaan di atas penderitaan hidup rakyatnya. Lebih memprihatinkan lagi, wakil rakyat mendapatkan kekayaan dengan cara yang tidak benar.

Adilkah pemandangan diatas? Adilkah kondisi ini jika terdapat ketimpangan yang sangat antara rakyatnya dan para elite politiknya?

Keadilan merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan rasa solidaritas. Solidaritas yang timbul akan semakin besar jika diantara masyarakat terdapat keadilan (Buku Pedoman Kaderisasi II KMHDI). Sekarang solidaritas di-antara masyarakat sudah semakin menipis. Hal ini karena banyak wong cilik yang merasa diperlakukan tidak adil.

Para elit politik, pemimpin negeri ini, wakil-wakil rakyat terasa enggan memedulikan nasib wong cilik. Mereka hanya ingat dengan wong cilik saat kampanye, saat membutuhkan suara, saat mereka berebut jabatan, setelah itu mereka kembali sibuk dengan dirinya sendiri.
Maaf kalau tulisan saya terkesan menggurui. Saya pun tidak pernah berbuat sesuatu untuk wong cilik. Bahkan untuk menggambarkan profil wong cilik dalam pikiran saja susahnya setengah mati. Lebih mudah menggam-barkan wanita cantik dan lelaki gagah yang setiap hari muncul dalam sinetron. Ah, sinetron…

Saya jadi teringat dengan kejadian tahun 1928, jauh sebelum kita merdeka. Saya mengaku bertanah air satu, saya mengaku berbangsa satu, saya mengaku berbahasa satu, saya mengaku, saya mengaku, saya mengaku…

I Made Windhu Mahendra
Mahasiswa STIESIA dan Anggota KMHDI

Klik disini untuk melanjutkan »»

Oi, Aku Sudah Mahasiswa

Rasanya ingin sekali teriak ketika kita diterima di jurusan perguruan tinggi yang kita inginkan atau cita-citakan. Mungkin di lain sisi ada juga yang menangis tersedu-sedu sampai air mata menjadi kering karena tidak diterima di jurusan yang kita inginkan. Atau ada yang terlihat sedikit memendam perasaan kecewa karena disuruh oleh orang tua untuk kuliah di jurusan tertentu? Polling Wiweka edisi kelima ini akan mencoba menggali informasi yang salah satunya menyangkut kondisi di atas.

Ketika responden ditanya apakah jurusan yang dipilih sudah sesuai dengan keinginan sendiri, 91,7% laki-laki dan 83,3% perempuan menjawab ya. Namun, ada hal yang menarik disini. Sebanyak 11,1% responden perempuan menyatakan bahwa kuliah yang saat ini ditempuhnya tidak sesuai keinginan. Itu diutarakan oleh Ida Ayu Nyoman Kartikawati. Mahasiswi Akuntansi Stiesia ini merasa dipaksa oleh orang tuanya. Alasan yang sama juga dikemukakan oleh Ni Made Pertiwi Jaya yang kuliah di Teknik Lingkungan Unair. Btw, cita-cita mbak berdua ini, kalau boleh tahu, apa ya? Bukankah hidup akan lebih bermakna jika ada cita-cita yang ingin digapai?

Diluar dua alasan tadi, ada 8,3% responden laki-laki dan 5,6% responden perempuan mengatakan tidak tahu apakah jurusan yang diambil saat ini merupakan pilihannya sendiri atau tidak. Gimana ne mbak/mas? Seperti diungkapkan Ni Made Dwi Ermayanthi yang kuliah di Jurusan Statistika ITS. Saran buat Dwi dari yang baru saja menamatkan kuliah di jurusan Statistik, lanjutkan saja jurusan yang sudah diambil, mantapkan hati, jadikan ini sebagai sebuah batu loncatan. Semangat…

Beda lagi dengan I Dewa Made Pranata Wiana. Katanya, kuliah yang saat ini dijalaninya di Informatika ITS adalah masalah gengsi. Beh, masa' milih jurusan untuk gengsi? Dengan kuliah saja kita sudah merupakan golongan elit di Indonesia, De.

Beda gender beda juga alasan yang dikemukakan. Itu tercermin dari jawaban yang diberikan responden untuk pertanyaan kedua ini. Responden laki-laki membayangkan pribadi mandiri adalah wujud mahasiswa. Ini salah satunya diungkapkan oleh I Gede Parama Gandhi S, mahasiswa Fakultas Kedokteran Unair, mewakili 45.5% responden laki-laki lainnya. Sementara pihak perempuan, seperti dijawab Ni Luh Gede Eka W. (Psikologi/UHT), mengidentikkan mahasiswa dengan ospek. Pendapat Eka ini didukung oleh 38.9% responden perempuan lainnya.
Secara umum pandangan responden ketika mendengar kata mahasiswa tersaji seperti gambar berikut. Responden pria melekatkan kesan mandiri pada peringkat pertama diikuti oleh seragam bebas. Berbeda dengan responden perempuan, dimana banyaknya tugas di anggap merupakan gambaran paling umum tentang mahasiswa. Entah mana pendapat yang benar tentang mahasiswa, kawan-kawan bisa menjawabnya sendiri setelah satu semester mengenyam bangku perkuliahan.

Perbedaan antara masa putih abu-abu dengan saat kuliah dirasakan berbeda oleh 96.7% responden. Berbagai alasan muncul untuk mempertegas perbedaan yang responden rasakan, seperti disampaikan oleh I Nyoman Jana Pria Utama. “Dalam menjadi mahasiswa, saya bisa belajar lebih mandiri. Dimana kita bisa lebih aktif dalam mengerjakan tugas karena di dalam mahasiswa kita dituntut agar bisa mandiri dalam mencari ilmu”, jelasnya. Hal senada juga diungkapkan responden lain seperti I Nyoman Pandu Wiradarma dari Statistika ITS dan teman seperjuangan Jana di UWKS, Anak Agung Sagung Ayuska Gandhari. Beda lagi alasan yang disampaikan oleh I Made Wahyu Wedangga, yang kuliah di D3 Akuntansi Unair karena pengen kaya ini. Ia merasa saat menjadi mahasiswa lebih banyak warna. Ya, iya lah.. Kalau SMA cuma putih abu-abu, sekarang mejikuhibiniu. Ya gak, Yu?

Selain menjalani tugas pokok sebagai mahasiswa yaitu belajar, sebagian besar responden ingin aktif di kegiatan organisasi. Ini merupakan berita baik bagi KMHDI, Swastika Taruna, TPKH dan UKKH untuk memfasilitasi keinginan responden. Di satu pihak, organisasi-organisasi ini tentunya sangat membutuhkan SDM yang berkualitas untuk menjalankan roda organisasi. Sangat cocok dengan keinginan responden yang membutuhkan wadah untuk belajar berorganisasi. Atau mungkin kawan-kawan responden di sini ingin mendirikan suatu organisasi baru? Ditunggu pilihan yang akan dibuat ya.

Akhirnya, apapun alasan kawan-kawan kuliah, apapun gambaran kawan-kawan tentang seorang mahasiswa, dan apapun kegiatan yang kawan-kawan lakukan selama menjadi mahasiswa, lakukan yang terbaik. Suka atau tidak, kawan-kawan sekarang adalah seorang mahasiswa. Sukses tidaknya masa depan kawan-kawan mulai ditentukan dari sekarang.(lis)

Metode Polling : Kluster Random Sampling
Margin Error : 5%
Jumlah Responden : 32 orang
Waktu Survey : September 2008

Klik disini untuk melanjutkan »»

Sinkronisasi Kuliah dan Organisasi


Senang dan puas, dua kata itu yang dapat menggambarkan perasaan I Putu Wisnu Merthayoga saat dirinya terpilih sebagai Presidium Pusat KMHDI untuk periode 2008-2010. Wajar karena itu adalah salah satu target pribadinya. Tapi, ketimbang disebut mengambil keuntungan dari organisasi, pria kelahiran Singaraja ini lebih suka menyebut posisinya sekarang sebuah pengabdian.

Kendati dikatakan mengabdi, bukan berarti ia tidak mendapat keuntungan dari kiprahnya selama ini. Mahasiswa Teknik Elektro tingkat akhir di ITS ini mengaku banyak terbantu oleh pengalamannya mengurusi beberapa organisasi. Salah satu hal yang jelas disampaikannya pada Wiweka adalah mengikuti organisasi sambil kuliah, walaupun tidak mudah, namun juga tidak mustahil.

W(Wiweka) : Selamat atas terpilihnya Anda sebagai Presidium.
Ws(Wisnu) : Terima kasih.
W : Apa yang memotivasi Anda untuk menjadi presidium?
Ws : Saya melihat organisasi ini sedang berada pada tahap membangun sistemnya sehingga saya merasa terpanggil untuk menyumbangkan tenaga dan pemikiran-pemikiran saya.
W : Tanggung jawab Anda tentu akan lebih besar. Anda pikir Anda siap untuk itu?
Ws : Saya sebenarnya belum siap. Dalam artian, untuk tingkat Pengurus Pusat saya belum memiliki pemahaman yang dalam. Namun KMHDI bagi saya adalah ruang untuk belajar dan saya siap belajar cepat dalam ruang lingkup baru, dalam hal ini nasional.
W : Apa kira-kira kelebihan Anda dibanding kader-kader KMHDI yang lain?
Ws : Saya akui jam terbang saya masih kurang, baru sekitar tiga tahun saya bergabung disini. Namun saya mau dan mampu belajar untuk mengemban tanggung jawab itu. Saya siap bekerja keras demi organisasi, baik dalam hal pikiran, tenaga, idealisme, maupun loyalitas.
W : Anda pernah menjabat sebagai Ketua PC KMHDI Surabaya. Apakah itu akan membantu kerja Anda sekarang?
Ws : Ya tentu saja. Banyak ilmu yang saya dapat, dan bagusnya dapat saya terapkan langsung, semasa menjabat sebagai Ketua PC KMHDI Surabaya, seperti disiplin keorganisasian, manajemen SDM, manajemen konflik, kemampuan untuk membina kader, hingga bagaimana membangun jaringan.

Prospek KMHDI W : Bagaimana Anda melihat kiprah KMHDI selama ini secara nasional?
Ws : KMHDI cukup dikenal karena KMHDI membina hubungan baik dengan banyak organisasi pemuda, pemerintah, dan aparatur negara. KMHDI tidak hanya berbicara di ranah keumatan tapi juga kebangsaan. Itu yang dikenal dengan Dharma Agama dan Dharma Negara KMHDI.
W : Apa kekurangan KMHDI secara umum yang Anda pikir Anda dan pengurus Anda dapat perbaiki?
Ws : Sebagai organisasi yang masih relatif muda, KMHDI tentu memiliki banyak kekurangan. Salah satu yang saya lihat adalah kurang terkoordinirnya kinerja di internal pengurus sendiri. Kami akan mencoba memperbaiki hal itu.
W : Kemana fokus utama KMHDI saat ini?
Ws : Fokus saya letakkan pada kaderisasi kader. Usia KMHDI ini masih sangat muda, jadi saya pikir hal yang bisa dilakukan adalah investasi melalui kaderisasi. Harapannya, suatu saat KMHDI dapat menjadi organisasi yang lebih besar lagi dengan sokongan kader-kader itu.
W : Lantas, apa yang bisa ditawarkan KMHDI pada mahasiswa Hindu?
Ws : Banyak hal bisa didapat disini, seperti yang telah saya sebutkan yaitu pendidikan organisasi dan juga jaringan nasional.
W : Apakah menurut Anda hal tersebut sudah dapat menarik minat mahasiswa Hindu?
Ws : Saya yakin sepenuhnya, apabila mahasiswa Hindu tahu manfaat dari organisasi KMHDI ini, mereka akan tertarik. Nah, masalahnya saya pikir ada pada ketidaktahuan mereka, tentang manfaat organisasi itu sendiri. Hal ini terutama saya lihat terjadi di Surabaya. Masih banyak mahasiswa Hindu yang menganggap organisasi itu hanya membebani tanpa memberikan manfaat yang berarti.

Kuliah dan Organisasi W : Kalau bagi Anda secara pribadi, apa manfaat yang diberikan organisasi ini?
Ws : Sangat banyak. Karakter diri, soft skill keorganisasian, jaringan yang meluas, dan lain-lain. Yang pasti, KMHDI ikut membentuk jati diri saya hingga seperti sekarang.
W : Apakah Anda tidak merasa kuliah Anda terganggu dengan kegiatan-kegiatan organisasi tersebut?
Ws : Tidak. Sebenarnya waktu belajar dan ber-organisasi bisa diatur. Apalagi saya lihat, justru banyak orang sukses di Indonesia memiliki latar belakang organisasi yang bagus. Jadi tidak ada alasan bahwa kuliah dan organisasi tidak bisa berjalan bersama.
W : Pernahkah Anda merasa jenuh berorganisasi?
Ws : Tentu pernah. Sering pada saat kesibukan studi menumpuk dan kondisi organisasi tidak kondusif, saya merasa lelah sendiri.
W : Apa yang Anda lakukan untuk menyiasatinya?
Ws : Membuat prioritas. Saya kerjakan dulu beberapa tugas studi. Di organisasi sendiri, saya melakukan manajemen kerja dengan cara pendelegasian tugas kepada rekan-rekan yang lain. Sehingga ketika kesibukan studi saya selesai, saya bisa kembali lagi ke organisasi. Itu, bagi saya, juga merupakan implementasi dari ilmu organisasi. Disanalah letak seninya.
W : Terakhir ada pesan yang ingin disampaikan?
Ws : Bagi seluruh mahasiswa Hindu, terutama mahasiswa baru, sayang sekali kalau kehidupan sebagai mahasiswa hanya dihabiskan untuk kuliah. Ada hal lain yang pasti akan berguna untuk kehidupan selanjutnya, baik dalam berkarir maupun bermasyarakat, yakni berorganisasi.

Biodata
Nama Lengkap : I Putu Wisnu Merthayoga
Nama Panggilan : Wisnu
TTL : Singaraja, 31 Januari 1986
Riwayat Pendidikan :
SDN Lateng 2 Banyuwangi
SMP N 1 Banyuwangi
SMA N 3 Denpasar
Teknik Elektro ITS
Pengalaman Organisasi :
Anggota Himatektro
Ketua PC KMHDI Surabaya 2005/2007
Presidium PP KMHDI 2008/2010
Hobby : Travelling dan berorganisasi

Klik disini untuk melanjutkan »»

The Way to Jnana Marga

Jalan Ilmu pengetahuan kerohanian disebut Jnana Marga. Melalui jalan ilmu pengetahuan, seorang Jnanin (seseorang yang mendekati-Nya melalui Ilmu pengetahuan kerohanian) dapat mendekatkan dirinya pada Tuhan.

Pada jalan ini, yang dimohon adalah kecerdasan akal budi, intelektualitas, pengetahuan spiritual, kecermatan, cahaya yang terang dan sebagainya. Seseorang dengan memiliki ilmu pengetahuan (Jnana) akan memperoleh kesejahteraan, ketenangan dan kebahagiaan.

Ilmu pengetahuan memberikan bimbingan, pertimbangan terhadap yang baik dan buruk. Menghindarkan diri dari perbuatan yang buruk karena kegelapan senantiasa diamanatkan di dalam Weda. Pengetahuan kerohanian seperti halnya pengetahuan, umumnya hanya dapat diperoleh melalui pendidikan.

(1) Kami mengetahui sesuatu yang agung ini sebagai surya

Bhadram no api vataya mano daksam uta kratum
Adha te sakhya andhaso vi vo made
Ranam gavo na yavase vivaksape

Rgveda X.25.1

Berikanlah kami pikiran yang baik dan bahagia
Berikanlah kami keterampilan dan pengetahuan.
Maka semoga manusia dalam persahabatan-Mu merasa bahagia
Ya Tuhan, seperti sapi di padang rumput
Engkau yang maha agung

(2) Pengetahuan melalui pendidikan (aturan)

Nidhiyamanam apagughvham apsu
Pra me devanam vratapa uvaca
Indro viddham anu hi tva cacaksa
Tenaham agne anusista agam
Rgveda X.32.6

Dari engkau yang tersembunyi di dalam air. Yang mempertahankan hukum, Dewa-dewa memberi kami. Indra yang mengetahui, menyaksikan dan menunjukkan kepada Engkau.
Berkat pengajarannya, ya Agni, kami lahir.

(3) Petunjuk di tempat yang tak dikenal

Aksetravit ksetravidam hyaprat
Sa praiti ksetravidanusistah
Etad vai bhadram anusasanasyo
Ta sruti vindatyas njasinam
Rgveda X.32.7

Orang yang tak mengenal suatu tempat bertanya kepada orang yang mengetahuinya.
Ia meneruskan perjalanan,
dibimbing oleh orang yang tahu.
Inilah manfaat pendidikan.
Ia menemukan jalan yang lurus.

(4) Pengetahuan tertinggi sangat esensial

Rco aksare parame vyoman
Yasmin deva adhi visve niseduh
Yastatra veda kim rca arisyati
Ya it tad vidus tai me samasate
Rgveda I.164.39

Yang abadi,nyanyian veda, yang ada dalam alam suci.
Tempat perwujudan semua yang bersinar.
Akan diapakankah nyanyian Veda oleh orang yang tidak mengetahuinya?
Tetapi mereka yang mengetahui, mereka itu sempurna.

Klik disini untuk melanjutkan »»

Dies KMHDI, Ingatkan Pentingnya Sinergi

KMHDI memiliki Dharma Agama dan Dharma Negara. Oleh karena itu, KMHDI seharusnya tidak hanya bergerak di bidang keumatan, tapi juga berperan di masyarakat.

Itulah salah satu hal yang tertuang pada Dies Natalis XV KMHDI yang digelar oleh PC KMHDI Surabaya (7/9). Mengambil tempat di Pura Segara Surabaya, acara ini dimaksudkan untuk memperingati hari jadi KMHDI (3/9/1993). Pengurus KMHDI, anggota, hingga alumni hadir meramaikan acara yang dimulai sejak sore ini. Beberapa organisasi Hindu juga ikut datang, termasuk PHDI Kota Surabaya, Banjar Kenjeran, SKKH Universitas Hang Tuah, UKM-KHD Unair, TPKH ITS, Swastika Taruna, Asrama Tirta Gangga, dan Taruna Banjar Kenjeran.

Sambutan Komang Yudy Dharmawan, selaku Ketua PC KMHDI Surabaya, mengawali rangkaian acara. Ia menjelaskan bahwa acara ramah tamah ini bertujuan untuk mensyukuri terbentuknya KMHDI sebagai wujud perjuangan pemuda Hindu. Hal itu ditimpali oleh I Putu Wisnu Merthayoga, dalam sambutannya sebagai Presidium PP KMHDI. “Semoga di acara ini, kita dapat melakukan diskusi santai tentang peran dan fungsi KMHDI”, tuturnya saat membuka acara.

Dialog tentang “Peran dan Fungsi KMHDI di Surabaya” menjadi menu pokok. Dimoderatori oleh Wisnu, dialog ini dibawakan dengan menarik oleh dua alumni KMHDI, yaitu A.A. Gde Putra Partanta dan IBK Bayangkara. Gde Putra memberikan gambaran awal dengan menceritakan sejarah KMHDI. Pria yang akrab dipanggil Tude ini mengajak hadirin mengingat kembali perjuangan pembentukan KMHDI di tahun 1993 dan perubahan-perubahan yang terjadi seiring berjalannya waktu.

IBK Bayangkara, yang juga berprofesi se-bagai dosen di Universitas Tujuh Belas Agustus, memaparkan pula sejarah pembentukannya. Peran dan fungsi KMHDI, khususnya menyangkut hubungan KMHDI dengan organisasi lain, seperti UKKH dan Swastika Taruna, juga tak luput dari perhatiannya. “KMHDI tidak berada di bawah ataupun berafiliasi, tapi bersinergi”, ujarnya. Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa walapun hubungan formal, namun ada beberapa kondisi yang membuat organisasi-organisasi itu dapat bekerja sama. Bayangkara juga menawarkan solusi, yaitu mengimbau organisasi-organisasi tersebut lebih proaktif mendekatkan diri dan berkoordinasi dengan PHDI, karena PHDI sebenarnya juga mendukung kepemudaan.

Diskusi ditutup dengan persembahyangan bersama. Berkibarnya KMHDI selama 15 tahun akhirnya ditandai dengan pemotongan tumpeng. Selain ucapan syukur, pemotongan ini juga bermuatan doa agar KMHDI dapat menjawab tantangan dan harapan, khususnya mengenai kaum muda Hindu Indonesia.(mei)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Kebersamaan Mahasiswa UNAIR di Gunung Bromo

Tahun ajaran baru, ada mahasiswa baru dan pengalaman baru. Atmosfer ini yang kental sekali terasa pada momen penerimaan mahasiswa baru (maba). Setelah proses penerimaan yang diadakan di masing-masing fakultas kampus, Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Hindu Dharma Universitas Airlangga (UKM-KHD Unair) pun melangsungkan kegiatan perkenalan dan penerimaan maba melalui “OSPEK”.

Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 19-21 September 2008, mengambil tempat di Desa Wonokitri, Pasuruan. Namun, ini bukanlah ”OSPEK” yang dilalui dengan “jerit dan tangis” seperti era-era sebelumnya, melainkan penuh dengan keakraban, kekompakan, dan kerja sama. Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar mahasiswa baik dari angkatan lama maupun angkatan baru. Semua mahasiswa antusias mengikuti acara ini.

Sambutan dari pembina UKM-KHD Unair melepas keberangkatan mahasiswa ke Desa Wonokitri. Perjalanan tersebut ditempuh selama enam jam. Keadaaan cuaca yang dingin, tidak menyurutkan peserta untuk berdoa setelah sampai di tempat. Persembahyangan bersama dilaksanakan di Pura Kerthi Jaya Bhuana.

Rangkaian acara di hari kedua (20/9) dia wali dengan persembahyangan dan sesi dharma wacana yang dibawakan oleh kepala desa setempat beserta pemangku. Topik yang dibahas adalah keadaan geografis Desa Wonokitri, keadaan masyarakat yang kira-kira 96% merupakan pemeluk agama Hindu, dan sejarah dari pura tersebut. Acara dilanjutkan dengan pemberian materi baik itu berupa permainan atau materi yang mengasah otak. Suasana seru berlangsung pada acara tersebut. Kekompakan, kebersamaan, dan kekreatifan nampak sekali pada acara ini.
Hari terakhir diisi dengan jalan-jalan. Ma-hasiswa UNAIR berangkat ke ”puncak” yang letaknya dekat dengan kawah Gunung Bromo. Pengukuhan maba sebagai anggotaUKM-KHD Unair serta persembahyangan bersama yang dilangsungkan di Pura Poten menjadi penutup acara ini.
Walaupun kegiatan penerimaan maba telah berakhir, banyak kenangan yang tidak terlupakan di sana. Hal ini diungkapkan oleh ketua penerimaan maba 2008, Nita. ”Rasa letih telah terbalaskan dengan suksesnya acara ini”, kata cewek yang baru pertama kali ke Bromo itu.(ayu)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Simakrama, Sambut Maba Hindu Surabaya


"Selamat Datang Mahasiswa Baru Hindu T.A. 2008 Sekota Surabaya"

Begitulah serangkaian kata yang terdapat pada spanduk di wantilan Agung Dewa Ruci, Sabtu (14/9) yang lalu. Wantilan yang berlokasi di Pura Agung Segara Kenjeran itu mendadak dipenuhi ratusan mahasiswa Hindu yang sedang menuntut ilmu di Surabaya. Mereka dipertemukan dalam suatu acara yang diberi nama simakrama. Tidak hanya mahasiswa baru (maba) saja yang diundang, tetapi juga mahasiswa-mahasiswa lain yang sudah lebih dahulu berada di Surabaya.

Simakrama merupakan suatu acara yang bertujuan untuk menyatukan semua komponen generasi Hindu. Acara ini terdiri dari pengenalan organisasi PHDI, WHDI, banjar, yayasan, paguyuban, organisasi kepemudaan, dan organisasi kemahasiswaan Hindu yang terdapat di Surabaya.

Kegiatan ini dibuka dengan persembahan baleganjur dari UKKH UWKS (Universitas Wijaya Kusuma Surabaya). Peserta juga disuguhi hiburan lagu pop dari siswi SMA dan penampilan memukau dari mahasiswa-mahasiswa ITS yang membawakan musik akustik dikolaborasikan dengan musik etnik.

Acara puncak adalah ceramah tunggal yang dibawakan oleh I Nyoman Sutantra (Ketua Walaka PHDI Jawa Timur) tentang “Memenangkan Persaingan dengan Kekuatan Karakter dan Moralitas”. Dalam ceramahnya, pria yang berprofesi sebagai dosen di ITS ini memaparkan pentingnya kekuatan moral dan karakter, kreativitas, serta kemauan untuk sukses.
Sesi tanya jawab digelar setelah ceramah. Para peserta tampak antusias mengajukan pertanyaan. Salah satunya adalah tentang mengubah perilaku looser menjadi winner. “Karakter looser dapat diubah dengan menja-lankan Tri Kaya Parisudha, berpikir yang baik, lakukan PDCA, dan jengahlah,” jawab I Nyoman Sutantra.

Setelah sesi tanya jawab, PHDI memberikan suvenir kepada penyumbang hiburan seni (ITS dan UWKS) dan penanya terbaik. Acara ditutup dengan persembahyangan bersama.

Acara simakrama dapat terselenggara berkat kerjasama PHDI, banjar, yayasan, dan paguyuban. “Dari segi target, melihat keterlibatan UKKH, TPKH, KMHDI, dan Swastika Taruna, jumlah peserta, dan antusiasme mereka dalam mengikuti acara, 98% acara ini berlangsung memuaskan,” tutur I Made Sueca selaku ketua panitia simakrama. Ia juga menambahkan bahwa semoga di masa yang akan datang, generasi muda Hindu dapat bergerak kembali. “Selama ini memang sudah ada gerakan namun masih dalam lingkup lokal kampus. Semoga dari acara ini, kita dapat membuat acara yang lebih besar secara bersama, bahkan untuk mendukung kegiatan PHDI sekalipun. Evaluasi akan kita lihat pada saat piodalan Kenjeran nanti,” tuturnya. (nyk)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Rakernas VI KMHDI, Menyusun Strategi Nasional


Surabaya mendapatkan kepercayaan sebagai tuan rumah Rakernas (Rapat Kerja Nasional) KMHDI VI. Acara rakernas ini tepatnya dilaksanakan tanggal 30 September-1 Oktober 2008 di Pura Agung Jagad Karana. Karena berlangsung selama dua hari, peserta yang berasal dari luar Surabaya bersama-sama mekemit di Sekolah Saraswati yang ada di pura tersebut.

Sempat terjadi masalah, yaitu jumlah pengurus Pimpinan Pusat (PP) yang hadir sebagai peserta. Hal ini menyebabkan kuota keabsahan rapat tersebut tidak terpenuhi. Acara pun sempat terombang-ambing, sampai akhirnya setelah bermusyawarah, muncul kesepakatan untuk melanjutkan acara tersebut. Pertimbangannya, ada peraturan pada rapat tersebut yang menoleransi kejadian itu. Selain itu, beberapa pengurus yang masih dalam perjalanan, nantinya akan dapat memenuhi kuorum rakernas.

Saat itu, memang tidak semua pengurus PP hadir. Jumlah tiket yang langka dan harganya yang melambung, disebabkan oleh momen hari raya, membuat beberapa pengurus tidak dapat mengikuti agenda penting itu. “Se-belumnya telah diperkirakan berbagai kendala pada saat Rakernas ini dilangsungkan. Tetapi dengan berbagai macam pertimbangan, akhirnya muncul kesepakatan mengenai pengadaan Rakernas yaitu pada tanggal 30 Sep tember - 1 Oktober 2008 ini”, terang I Putu Lisna Kurniawan, Ketua Departemen Litbang PP KMHDI.

Setelah melalui berbagai macam pembahasan, program kerja-program kerja yang telah disusun pun disahkan. Program kerja yang telah berlangsung selama ini akan dilanjutkan dan lebih diintensifkan lagi pelaksanaannya. Selain itu ada juga beberapa program kerja baru. Salah satunya mengenai pemantapan dan perkembangan KMHDI di daerah-daerah yang masih “layu” pengkaderan mahasiswa Hindu-nya, misalnya daerah Yogyakarta, Sulawesi, dan NTB. “Kita akan mengadakan peninjauan dan sosialisasi di tempat-tempat yang sebenarnya memiliki potensi itu”, kata I Putu Wisnu Merthayoga, Presidium PP KMHDI itu.

Rakernas VI ini telah berakhir, tetapi semangat juang tidaklah padam. Program kerja yang telah dihasilkan menjadi panduan dalam melangkah, memberikan perwujudan nyata untuk menjadi lebih baik ke depannya. Harapan mengenai Rakernas itu disampaikan oleh Wisnu. “Semoga KMHDI semakin berkembang di beberapa daerah dan kader-kadernya semakin baik nantinya dengan berlandaskan Dharma Agama dan Dharma Negara”, lanjut mantan ketua PC KMHDI Surabaya tersebut.(ayu)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Googling dengan Efektif

Siapa yang tidak kenal Google? Selama ini kita sudah biasa mengunjungi situs ini untuk mencari apapun. Namun, tahukah teman-teman bahwa terdapat banyak fitur di Google yang dapat mempersingkat waktu pencarian kita? Penting juga lho untuk kita ketahui, agar googling menjadi semakin efektif. Jadi, mari berkenalan dengan fitur operator google (dikutip dari romisatriawahono.net).

Fitur pencarian dasar
1.AND: Mencari informasi yang mengandung kedua kata yang dicari. Caranya:
ukiran jepara atau ukiran AND jepara atau
ukiran+jepara

2.OR: Mencari informasi yang mengandung salah satu dari kedua kata. Caranya:
tahu OR tempe atau tahu | tempe

3.FRASE: Mencari informasi mengandung frase yang dicari dengan tanda “ ”. Contoh:
“perangkat lunak”

4.NOT: Hasil pencarian mengandung kata yang di depan, tapi tidak yang di belakang minus (-). Contoh di bawah akan mencari informasi yang mengandung kata ikan tapi bukan bandeng.
ikan -bandeng

5.SINONIM (~): Mencari kata beserta sinonim-sinonimnya. Contoh di bawah akan membawa hasil: kendaraan (car) dan sinonimnya.
~car

6. ASTERIK (*): Karakter pengganti kata. Dari contoh di bawah, hasil yang didapat bisa: ayam bakar pedas, ayam goreng pedas, dsb
ayam * pedas

7.TANDA TITIK (.): Karakter pengganti huruf, angka dan karakter tunggal. Dari contoh di bawah, hasil yang didapat: kopi, koki, kodi, dsb
ko.i

Fitur pencarian lanjut
1.DEFINE: Mencari definisi dari sebuah terminologi. Dari contoh di bawah, hasil yang didapat adalah berbagai definisi tentang e-learning dari berbagai sumber
define:e-learning

2.INFO: Menampilkan informasi yang Google ketahui tentang sebuah situs.
info:romisatriawahono.net

3.SITE: Menampilkan pencarian khusus di suatu situs yang ditunjuk
java site:ilmukomputer.com

4.FILETYPE: Menampilkan hasil pencarian berupa suatu jenis (ekstensi) file tertentu. Jenis file yang bisa dicari adalah: doc, xls, rtf, swf, ps, lwp, wri, ppt, pdf, mdb, txt, dsb. Contoh di ba-wah akan menampilkan hasil pencarian beru-pa file PDF yang mengandung keyword soft-ware engineering
software engineering filetype:pdf

5.ALLINTITLE: Menampilkan seluruh kata yang dicari dalam TITLE halaman. Contoh di bawah akan menghasilkan halaman yang me-miliki title java programming. allintitle tidak da-pat digabungkan dengan operator lain.
allintitle:java programming

6.INTITLE: Menampilkan satu kata yang dicari dalam TITLE halaman. Contoh di bawah akan menghasilkan halaman yang memiliki title java dan isi halaman yang berisi kata enterprise
intitle:java enterprise

7.ALLINURL: Menampilkan seluruh kata yang dicari di dalam URL. Contoh di bawah akan menghasilkan daftar URL yang mengandung kata java dan programming. allinurl ini tidak da-pat digabungkan dengan operator lain.
allinurl:java programming

8.INURL: Menampilkan satu kata yang dicari di dalam URL. Contoh di bawah akan menghasil-kan daftar URL yang mengandung kata java dan isi halaman yang berisi kata enterprise
inurl:java enterprise

Pencarian yang kita lakukan akan semakin efektif apabila kita mencoba menggabungkan beberapa operator baik yang ada di fitur pencarian dasar maupun lanjut. Misalnya, kita ingin mencari file-file PDF yang ada di situs www.pdii.lipi.go.id. Maka kita gabungkan dua operator menjadi:
filetype:pdf site:www.pdii.lipi.go.id

Selamat ber-googling-ria.(mei)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Jalan Raya Pos, Jalan Daendels


Judul Buku : Jalan Raya Pos, Jalan Daendels
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Cetakan : Pertama, Oktober 2005
Tebal : 148 halaman

Buku ini adalah buku yang menjadi saksi atas peristiwa pembantaian manusia-manusia pribumi di balik pembangunan Jalan Raya Pos atau yang lebih dikenal dengan Jalan Daendels. Jalan yang membentang 1.000 kilometer sepanjang utara pulau Jawa, dari Anyer sampai Panarukan, itu dibangun -tepatnya dilebarkan- di bawah perintah Maarschalk en Gouverneur Generaal, Mr. Herman Willem Daendels. Rampung dan dipergunakan pada 1809.

Menurut Pramoedya Ananta Toer, pembangunan jalan ini merupakan satu dari banyak kisah tragedi kerja paksa yang terjadi sepanjang sejarah di Tanah Hindia. Kisah genosida lain terjadi di Pulau Ban-daneira, 1621, yang dilakukan Jan Pietersz Coen. Korban kerja paksa tak pernah disebutkan karena nama-nama si jelata memang tak pernah bisa dihargai. Yang lain terjadi setelah Perang Jawa, 1825-1830, usai. Setelah perang melelahkan itu, Hindia Belanda bangkrut. Untuk menanggulangi krisis keuangannya, Gubernur Jenderal Van den Bosch memberlakukan kerja tanam paksa dipelbagai perkebunan dan pembangunan jalan kereta api.

Yang lain lagi, dan ini berlangsung di abad 20, terjadi di Kalimantan Barat yang dilakukan balatentara fasis Jepang. Yang lain lagi, di Sulawesi Selatan, di bawah perintah Kapten Westerling yang menelan korban sekitar 40.000 orang. Lalu pada paruh abad 20, genosida baru lahir, kali ini dilakukan penguasa pribumi sendiri kepada warganya. Sepenuturan Pramoedya, Orde Baru dibangun di atas luka genosida yang menelan ratusan, sejuta atau bahkan satu setengah juta korban-yang anehnya kabar ini disambut oleh kalangan Barat sebagai “berita baik”.

Gagasan membikin Jalan Raya Pos muncul dalam benak Daendels sewaktu ia dalam perjalanan darat pada 29 April 1808 dari Buitenzorg alias Bogor ke Semarang dan Oosthoek alias Jawa Timur. Hanya saja yang dinamai Oosthoek atau Jawa Timur pada waktu itu bukan seperti yang sekarang, tetapi bagian menyempit dari Jawa Timur, yaitu mulai Pasuruan terus sampai Selat Bali.

Dalam pembangunan ini setiap jarak 150. 960 meter harus didirikan tonggak atau paal untuk jadi tanda jarak dan juga tanda kewajiban bagi distrik (kawedanan) dan penduduknya untuk memeliharanya. Ketentuan lebar jalan bila medan memungkinkan, adalah 7,5 meter.
Semua batu untuk peninggian dan pengerasan, harus disetor rakyat dan para petani tanpa imbalan. Kalaupun dengan imbalan, hanya orang-orang atasan tertentu saja yang menerimanya. Atasan tertentu berarti para pembesar putih atau coklat. Bukan rahasia lagi: Jaman Kompeni adalah jaman maraknya korupsi.

Dan lewat buku ini, Pramoedya Ananta Toer menuturkan sisi paling kelam dari genosida pembangunan jalan raya yang beraspalkan darah dan air mata manusia-manusia republik tersebut. Ribuan mayat tercecer di jalan-jalan.

Dari pemeriksaan yang cukup detail dan bercorak tuturan perjalanan ini, membiak sebuah ingatan yang satire, bahwa kita adalah bangsa kaya tapi lemah. Bangsa yang sejak lama bermental diperintah oleh bangsa-bangsa lain. Bangsa yang penguasanya lebih asyik memupuk-mupuk ambisi berkuasa daripada menggerai kesejahteraan bagi warganya.(win)

Klik disini untuk melanjutkan »»

Rileks

Cara Menolak Cowok
Co: Aku sudah lama mencari wajah sepertimu. Aku seorang fotografer.
Ce: Aku juga sudah lama mencari wajah sepertimu. Aku dokter bedah.
Co: Bagaimana bisa kamu sangat cantik?
Ce: Oh maaf, pasti karena aku mengambil bagianmu.
Co: Aku rasa aku bisa membuatmu bahagia.
Ce: Oh ya? Kenapa? Karena kamu akan pergi?
Co: Boleh aku minta namamu?
Ce: Kenapa? Bukankah kamu sudah punya nama sendiri?
Co: Aku heran, kemana saja gadis secantik kamu selama ini?
Ce: Bersembunyi darimu.
Co: Apa kita pernah bertemu di suatu tempat?
Ce: Ya. Karena itu aku tidak pernah kesana lagi.
Co: Apa kursi ini kosong?
Ce: Ya, dan kalau kamu duduk disitu, kursiku juga akan kosong.

ENAK yah jadi ceweK...
KO=Kata Orang
1. Cowok ditraktir cewek
KO : Pelit banget sih..dasar cowok nggak modal
Cewek ditraktir cowok
KO : Emang seharusnya gitu
2. Cowok nggak kerja
KO : Nggak punya malu
Cewek nggak kerja
KO : Lebih mementingkan keluarga...
3. Cowok suka marah-marah
KO : Kasar banget dia, moga aja ntar suamiku nggak gitu
Cewek suka marah-marah
KO : Pasti dia lagi datang bulan...
5. Cowok ngabisin duit istrinya
KO : Pasti buat selingkuh
Cewek ngabisin duit suaminya
KO : Itulah tugas cewek,,,

Menagih Darah yang Sudah Didonorkan
Pada suatu hari seorang laki-laki sedang mendonorkan darahnya kepada pacarnya yang mengalami kecelakaan.
Setelah mereka putus, si cowok meminta kembali darahnya yang telah didonorkan kepada pacarnya.
Sang pacar dengan tenangnya mengambil pembalutnya kemudian melemparkan pada pacarnya sambil berkata : “Nih Gue Cicil Per Bulan. Oke!!”

Presiden yang ke-Tujuh
Seorang guru bertanya kepada muridnya: "Anak-anak, Presiden Habiebie adalah presiden kita ke berapa ?"
Semua menjawab: "Ketiga bu guruuuuuu…”
Kecuali seorang anak bernama Deden Bolot, dia menjawab: "Ketujuh bu guruuuuuu…"
Semua memandang Deden Bolot dengan heran.
Kemudian Bu gurunya bertanya lagi: "Coba Deden Bolot sebutkan satu persatu."
Deden Bolot: "Pertama Sukarno bu Guru."
Bu Guru: "Lalu ? "
Deden Bolot: "Suharto bu guru."
Bu Guru: "Lalu ? "
Deden Bolot: "Suharto, Suharto, Suharto, Suharto, baru Habiebie bu Guru".

Pembohong...
Seorang cowok cerita kepada kawannya, bahwa pacarnya adalah cewek pembohong...
Peppy: Tukul, pacarku ternyata seorang pembohong.
Tukul: Dari mana kamu tahu dia pembohong...?.
Peppy: Kemarin malam katanya dia menginap dirumah Nia.
Tukul: Lalu...?.
Peppy: Ya jelas dia itu berbohong, kan kemarin aku menginap di rumahnya Nia...

Klik disini untuk melanjutkan »»
 

Berita Terbaru

Opini Terbaru

Iklan

Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | Power by blogtemplate4u.com