Tanggung Jawab Menyandang Status Mahasiswa

.

Bagi kawan-kawan yang baru menyandang status mahasiswa, saya ucapkan selamat terlebih dahulu. Tidak semua masyarakat Indonesia, setelah menamatkan pendidikan di SMA, dapat menikmati perkuliahan. Menyandang status mahasiswa berarti kawan-kawan sudah menjadi golongan masyarakat elit di Indonesia.

Entah dengan alasan demi membahagiakan orang tua, gampang cari duit, ingin cari pacar, buat mengisi waktu daripada tidur saja di rumah, atapun apa itu, yang jelas saat ini kawan-kawan telah menyandang status mahasiswa. Status baru itu mengindikasikan kawan-kawan tidak cukup belajar teori-teori atau praktek sesuai dengan bidang masing-masing. Sebagai mahasiswa, ada menu tambahan tentang kehidupan sosial kemasyarakatan yang harus dipelajari.

Tidak dapat dihindari, setelah menamatkan diri sebagai mahasiswa, kawan-kawan akan terjun langsung ke masyarakat, yang butuh lebih dari sekedar ilmu yang kita fokuskan di perkuliahan. Sehingga, dari awal menyandang status mahasiswa, kawan-kawan harus sudah menyadari bahwa tanggung jawab yang diemban semakin besar.



Memang tidak dapat dipungkiri, tiap individu memiliki prioritas yang berbeda. Ada yang fokus belajar, belajar, dan belajar sampai butek seperti gambar di atas. Dengan alasan mahalnya biaya pendidikan dan terlalu cinta keluarga, maka ia harus cepat-cepat menyelesaikan kuliah. Berharap nanti cepat juga bisa ngumpul kembali bersama keluarga, kawin, punya anak, dan bahagia sejahtera.

Namun, kawan-kawan juga harus coba sadari, selain tugas pokok sebagai seorang mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan ilmu, ada hal lain yang perlu mendapat perhatian. Sedikitnya, ada dua alasan mengapa kita harus mulai meluangkan waktu dan tidak hanya sekedar duduk manis di bangku kuliah.

1. Alasan normatif
Kita, sebagai manusia yang beradab, adalah manusia yang bertanggung jawab. Kita sebagai manusia, apalagi termasuk golongan yang diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan lebih, bertanggung jawab atas segala perubahan yang terjadi pada diri kita dan alam sekitar. Kita harus mulai bisa mengambil peran dalam setiap perubahan, bukan hanya menjadi penikmat perubahan yang terjadi. Ingat bagaimana peran mahasiswa mengambil peran dalam melengserkan kekuasan orde baru. Di sana terlihat peran mahasiswa, yang sering disebut intelektual muda, sebagai aktor utama dalam perubahan dari orde baru ke era reformasi.

Contoh lebih lawas lagi, bagaimana dulu, sebelum kemerdekaan, Soekarno (Bung Karno) yang mewakili generasi muda berjuang untuk memerdekakan Indonesia. Entah apa jadinya kalau kaum muda waktu itu hanya sibuk belajar dan belajar saja. Mungkin sampai sekarang bangsa Indonesia masih merupakan bangsa terjajah. Jadi kawan-kawan harus mulai dapat mengambil peran lebih dalam setiap perubahan yang ada. Bukan hanya menjadi penikmat dari perubahan yang terjadi.

2. Alasan pragmatis
Alasan ini biasanya dikenal dengan hutang masa produktif. Di saat kita memperoleh pendidikan dari SD, SMP, SMA dan sekarang sampai di perguruan tinggi, kita dikatakan memiliki hutang masa produktif. Kenapa kita disebut berhutang? Karena saat kita sedang menempuh pendidikan, masyarakat mengijinkan kita untuk tidak berkontribusi nyata.

Sebagai contoh, Wayan Bogler Ajus, yang hanya menamatkan pendidikan formal sampai SD kemudian memutuskan untuk menjadi pematung. Lewat patung yang dihasilkannya, Yan Bogler sudah dikatakan berkontribusi nyata pada masyarakat. Namun, seandainya Yan Bogler memutuskan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, maka selama ia belajar di bangku sekolah formal, ia tidak akan menghasilkan (berkontribusi nyata) apapun bagi masyarakat dan justru menghabiskan sumber daya masyarakat.

Mungkin ada yang berkilah, saat kuliah, kuliah yang bener dulu, nanti setelah tamat baru berkontribusi pada masyarakat. Mudah-mudahan pikiran seperti ini dapat terealisasikan. Masalahnya, seseorang, setelah menamatkan pendidikan, sering akan disibukkan dengan urusan pekerjaan dilanjutkan urusan keluarga. Ini yang membuat waktu untuk berkontribusi ke masyarakat tidak terwujud.

Dari dua alasan diatas, sudah saatnya kawan-kawan sebagai generasi dan individu, yang telah diberi kesempatan lebih untuk mengenyam pendidikan di tingkat perguruan tinggi, mulai sedikit meluangkan waktu untuk kegiatan sosial kemasyarakatan. Jangan menunggu waktu sampai lulus dulu, apalagi berkeluarga. Sehingga kita melupakan hutang masa produktif kita dan fokus pada kehidupan keluarga. Lakukan apa yang bisa kita lakukan dan berikan untuk masyarakat sekarang ini dan jangan menunda-nunda waktu. Kita sebagai mahasiswa sudah tidak seperti siswa lagi yang umumnya hanya duduk manis di ruang kelas menerima materi. Tanggung jawab dan kontribusi yang diharapkan dari kita sudah semakin besar.

Berdasarkan ulasan tersebut, penulis berharap apa yang nantinya kawan-kawan lakukan selama menjadi mahasiswa berimbang, antara mengejar gelar akademis dengan kegiatan sosial kemasyarakatan. Banyak hal nyata yang bisa kita lakukan, misalnya dengan mengikuti bakti sosial yang dilakukan oleh UKKH atau TPKH. Dengan meluangkan waktu dua atau tiga hari dalam setahun, kita coba melatih kepekaan sosial kita minimal terhadap saudara-saudara kita seiman yang ada di pelosok-pelosok.

Mudah-mudahan kedepannya kawan-kawan dapat lulus tidak hanya bermodalkan kecerdasan akademik semata namun juga dengan kepekaan sosial.

Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata (Rendra)
I Putu Lisna Kurniawan
Kepala Departemen
Penelitian dan Pengembangan PP KMHDI 2008-2010

1 komentar:

Unknown mengatakan...

sepertinya pernah melihat tulisan ini sebelumnya, he, he, he, maju terus

 

Berita Terbaru

Opini Terbaru

Iklan

Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | Power by blogtemplate4u.com