Cita-Cita dan Ketekunan

.

Jika kamu tidak bisa mendapat apa yang kamu suka, maka sukailah apa yang kamu dapat. Hal ini dipahami betul oleh Ni Wayan Miranti Pusparini, profil Wiweka bulan ini. Cewek yang akrab disapa Ranti ini mengaku sempat mengalami kebimbangan saat memutuskan jalur pendidikannya. Maklum saja, hal itu akan menentukan masa depannya dan itu menurutnya adalah pertimbangan yang berat. Jujur, ketua UKKH Universitas Surabaya ini mengaku bahwa jurusan Akuntansi yang ditekuninya saat ini bukanlah pilihan utamanya. Namun, ketimbang banting setir, Ranti lebih memilih menekuni bidangnya tersebut. Hasilnya, sekarang ia sudah bisa menikmati kuliahnya, bahkan punya cita-cita luhur saat sudah lulus nanti.

Yap, itu memang salah satu sikap Ranti. Menurutnya, penting untuk memiliki target, namun saat target tersebut tidak tercapai, tetaplah lakukan yang terbaik. Pasti akan ada jalan lagi. Ini ia buktikan setelah ia menjalani kuliahnya dengan serius. Apakah ia pernah merasa tidak nyaman? “Awalnya memang iya. Tapi, aku bersyukur karena aku termasuk pribadi yang gampang bersosialisasi dan tidak susah membaur dengan rekan lain.”, sahutnya. Lambat laun, ia pun mantap menjalani kuliah. Sampai akhirnya, di sinilah dia menemukan cita-citanya. “Aku ingin menjadi akuntan publik.”, kata gadis kelahiran Mataram ini. Ia mulai mengagumi profesi itu semenjak kunjungannya ke Jakarta dalam event studi banding oleh kampusnya beberapa waktu lalu. Dari situ, ia bertekad akan menjalani profesi itu sebaik-baiknya kelak. IPK di atas 3.00 pun dipatok sebagai target pribadinya menjalani kuliah. Jadi jelas, baginya kuliah adalah prioritas utama sekaligus investasi jangka panjang.

Namun jangan keburu salah menilai. Walaupun menjadikan kuliah sebagai prioritas tertinggi, tidak berarti Ranti alergi dengan yang namanya organisasi. Tidak tanggung-tanggung, saat ini dia bahkan sedang menjabat sebagai ketua UKKH Ubaya periode 2008/2009.

Menurutnya, mahasiswa yang baik harus bisa menyelaraskan antara kuliah dengan kegiatan di luar. Katanya, “Tidak usah berlebihan sampai mengganggu tugas utama, namun tidak juga berarti nol alias tidak ada sama sekali.”

Bagi Ranti, ini adalah periode keduanya terpilih sebagai pengurus inti UKKH Ubaya. Pada periode sebelumnya, ia sudah pernah menempati pos bendahara. Lantas kenapa ia mau terpilih lagi, bahkan menempati kursi ketua? Selain keinginan untuk menyumbang sesuatu bagi UKKH, ini juga dimaksudkan agar angkatan baru, yaitu 2007 dan 2008, dapat “bernafas” sejenak sebelum terjun menempati pengurus inti di UKKH. Alhasil, ia kemudian didaulat oleh rekan-rekannya saat pemilihan ketua di bulan Juni 2008 lalu.

Setelah menduduki posisi ketua selama hampir satu semester, ia mengaku hambatan terbesarnya adalah sedikitnya anggota yang aktif. Maklum saja, jumlah mahasiswa baru Hindu Ubaya memang mengalami penurunan. Itu belum ditambah dengan susahnya mengumpulkan semua anggota saat ada suatu kegiatan. Sungguh suatu masalah klasik yang hampir terjadi di setiap organisasi. Untuk mengatasinya, Ranti tidak kekurangan akal. Ia pun membuat program-program kerja yang sekiranya dapat menjaring atensi anggota. Contohnya Tirta Yatra ke daerah-daerah seperti Yogyakarta dan Semarang ataupun kegiatan Upanayana yang dilangsungkan di Bongso Wetan dan Bongso Kulon saat melantik anggota baru UKKH Ubaya lalu. Bersyukurlah ia karena kegiatan-kegiatan itu cukup sukses. Apalagi dukungan dari pihak kampus setia mengalir. Ranti pun optimis ia bersama UKKH Ubaya dapat melaksanakan program kerja yang lebih besar lagi, yaitu seminar umum se-Surabaya. Semoga terlaksana!(mei)


Virginitas dan Harga Diri
Ditanya mengenai arti virginitas, Ranti mencoba bersikap diplomatis. Ia berpendapat bahwa virginitas lebih kepada pikiran kita. “Suatu hubungan yang menimbulkan kondisi di mana kita merasa bersalah adalah ambang batas virginitas kita.”, jelas Ranti. Setiap orang tentu memiliki pemahaman yang berbeda. Yang jelas, menurutnya virginitas itu wajib dijaga karena hal itu terkait dengan harga diri dan kepercayaan diri.

Terkait masalah virginitas yang seolah makin terlupakan, ia melihatnya sebagai akibat dari kurang kuatnya norma-norma yang ada dalam mengontrol perilaku tersebut.


Sebagai penangkal, Ranti coba menawarkan solusi. “Seminar-seminar mengenai virginitas maupun kewanitaan mesti digalakkan. Hal ini bertujuan memberi pemahaman yang benar kepada masyarakat, utamanya generasi muda.”, ucapnya serius. Tambahan lagi, ia juga menyinggung masalah pendidikan seks, baik formal maupun informal, yang selama ini terkesan kurang digarap dengan baik.(mei)


Biodata
Nama : Ni Wayan Miranti Pusparini
Nama Panggilan : Ranti
TTL : Mataram, 22 Agustus 1986
Riwayat Pendidikan :
- TK Don Boscho Cakranegara
- SDN Inti 1 Palu
- SDK Aletheia Ampenan
- SMPN 2 Mataram
- SMAN 1 Mataram
- Akuntansi Ubaya
Pengalaman Organisasi :
- Bendahara UKKH Ubaya 2007/2099
- Ketua UKKH Ubaya 2008/2009
Hobi : Nonton, tidur, dan jalan-jalan

1 komentar:

Anonim mengatakan...

wah...cantik sekali...
masih virgin lagi...
datang ke jogja donk...!

 

Berita Terbaru

Opini Terbaru

Iklan

Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | Power by blogtemplate4u.com