Bank Kaum Miskin

.














Judul : Bank Kaum Miskin
Penulis : M. Yunus dan Alan Jolis
Penerjemah : Irfan Nasution
Penerbit : Marjin Kiri
Cetakan : Ketiga, September 2007
Tebal : 269 halaman + xxvi

Tahun 1974 Bangladesh jatuh ke dalam cengkeraman bencana kelaparan. Orang lapar ada di mana-mana. Banyak orang sekurus tengkorak mulai bermunculan di stasiun kereta api & terminal bis ibukota Dhaka. Dengan cepat kedatangan mereka meluap bak air bah. Orang lapar ada di mana-mana.

Sebagai seorang guru besar ilmu ekonomi dari Universitas Chittagong, Muhammad Yunus merasa gundah dengan kondisi tersebut. Dia merasa tidak dapat berbuat sesuatu untuk bangsanya. Sebagai seorang yang baru saja lulus dari Vanderbilt University, Amerika Serikat, dia merasa ilmu-ilmu ekonomi yang dipelajari dan diajarkannya tidak dapat mengatasi kemiskinan yang terjadi.

Muhammad Yunus merasa muak dengan apa yang diajarkan. ”Tak sedikit pun teori-teori ekonomi yang saya ajarkan mencerminkan kehidupan yang tengah berlangsung di sekitar saya. Saya perlu melarikan diri dari teori-teori ini dan buku-buku ajar saya dan menemukan kehidupan ekonomi riil dari diri seorang miskin,” kata profesor itu. Muhammad Yunus memutuskan menjadi mahasiswa lagi dan warga desa Jobra, sebuah desa di dekat Chittagong University, yang menjadi dosen-dosennya. Menurutnya universitas-universitas yang ada sekarang menciptakan kesenjangan hebat antara mahasiswa dengan kenyataan hidup sehari-hari di Bangladesh.

Alih-alih belajar dari buku seperti yang biasa dilakukan, Muhammad Yunus ingin mengajari mahasiswanya cara memahami kehidupan orang miskin. ”Saat Anda meng-genggam dunia di tangan Anda dan mengamatinya dari atas laksana burung, Anda cenderung menjadi arogan. Anda tidak menyadari bahwa segala sesuatunya menjadi buram jika dipandang dari jarak yang sangat jauh. Sebaliknya, saya memilih ”pandangan mata cacing”. Saya harap bila saya mempelajari kemiskinan dari jarak dekat, saya akan memahaminya dengan lebih tajam,” demikian menurut Muhammad Yunus.(Hal. 3)
Pertemuannya dengan seorang wanita berusia 21 tahun di Desa Jobra, pada tahun 1976 merupakan titik awal dari pengembangan Grameen Bank (Bank Pedesaan). Wanita itu bekerja membuat bangku bambu. Penghasilannya dalam sehari hanya US$ 2 sen. Penghasilan yang hanya cukup untuk makannya sendiri. Tidak akan cukup untuk menyediakan 3 anaknya pakaian yang layak, apalagi untuk membiayai anak-anaknya bersekolah. (Hal 48)

Buku ini sungguh enak dibaca dan gaya penulisannnya membuat pembaca tidak sabar untuk menyelesaikannya. Kisah sedih dan gembira dari sebuah perjuangan keras selama tiga puluh tahun lebih bersilih ganti dengan analisis reflektif filosofis tentang pengetahuan dan ilmu, tentang masyarakat dan pemerintah, tentang hubungan antar kelas sosial yang tidak kenal ampun, tentang agama dan dehumanisasi, tentang kemiskinan dan HAM, dan akhirnya, tentang dunia kita ini.

Semoga keputusan Komite Nobel Norwegia untuk menganugerahkan Hadiah Nobel Perdamaian kepada Profesor Muhammad Yunus dan Grameen Bank pada 13 Oktober 2006 dapat meyakinkan pembaca akan arti penting membaca buku ini untuk mendorong suatu gerakan bersama memerangi kemiskinan kelas sosial paling bawah.(win)

0 komentar:

 

Berita Terbaru

Opini Terbaru

Iklan

Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | Power by blogtemplate4u.com