Jejak Peninggalan Majapahit di Kota Pahlawan

.

Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan. Banyak peninggalan bersejarah pada masa perjuangan berdirinya Republik Indonesia dapat ditemui di kota ini. Sekarang kota ini sudah menjelma sebagai kota metropolitan dengan sejuta kesibukannya. Banyak gedung-gedung tinggi telah berdiri di kota tua ini. Namun, hanya sedikit orang yang tahu bahwa ada peninggalan yang sangat bersejarah terletak di tengah-tengah kota.

Peninggalan dari jaman kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Prabu Brawijaya V ini, sudah ada sejak tahun 1522 M. Peninggalan ini berupa pesarean (pemakaman) Eyang Pangeran Kudo Kardjono (nama julukan beliau). Beliau adalah salah seorang panglima perang kerajaan Majapahit yang ditugaskan untuk menjaga wilayah pesisir utara, wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit saat itu, yakni daerah Surabaya, Gresik, dan sekitarnya. Konon beliau merupakan saudara sepupu dari Patih Agung Gajah Mada.
Menurut Mbah Pon, juru kunci tempat ini, di pesarean ini Panglima Kudo Kardjono dan prajuritnya, yang tewas akibat perang rempah-rempah di pesisir utara Jawa, dimakamkan. Pada jaman itu, daerah ini merupakan tegalan (perkebunan) dengan salah satu tanamannya yang terkenal pada saat itu adalah gading putih.

Pesarean Eyang Kudo Kardjono terletak di tengah areal lokasi tersebut menghadap ke utara. Di sebelah pesarean beliau, masih dalam satu ruangan, terdapat pesarean istri dan ketiga anak beliau. Di tempat yang beralamat di Jl. Cempaka No 25 ini juga terdapat Pesarean Eyang Wahyu yang tidak lain adalah ayahanda Kudo Kardjono. Pesarean Eyang Wahyu terletak terpisah di sebelah barat pesarean Eyang Kudo Kardjono dengan pintu masuk dari timur. Di depan pesarean ini terdapat sumur. Konon menurut Mbah Pon, seseorang yang melihat belut putih atau udang di dasar sumur ini akan dilimpahi rejeki dalam hidupnya. Di belakang areal pesarean terdapat dua bangunan mirip candi yang disebut Sanggar Tri Murti dan Sanggar Pamujan. Pada masing-masing sanggar terdapat arca yang asal-usulnya belum diketahui.

Satu hal yang menarik bagi Wiweka saat berkunjung ke tempat ini adalah keberadaan arca Brahma, Wisnu, Siwa yang diberi pajeng Bali pada sisi kanan dan kirinya di Sanggar Tri Murti. Menurut Mbah Pon, sanggar ini sering dipakai tempat bersembahyang untuk umat Hindu Bali. Maka kami berinisiatif menghaturkan dupa dan melakukan Tri Sandya di sanggar yang menghadap ke timur ini. Di sebelah timur sanggar ini terdapat arca yang disebut Antobugo.

Areal pesarean ini diwadahi oleh Forum Komunikasi Cagar Budaya Pesarean Eyang Kudokardjono. Tujuan dibentuknya forum ini adalah untuk melindungi tempat ini dari penyalahgunaan dan penipuan oleh oknum-oknum tertentu demi kepentingan pribadi.
Ada beberapa pengalaman spiritual yang sempat dialami oleh Wiweka saat mengunjungi tempat ini. Namun, tidak salah bila kami menyarankan pembaca untuk mengunjungi tempat ini dan melihat salah satu peninggalan peradaban Hindu pada masa lampau.(wnu)

0 komentar:

 

Berita Terbaru

Opini Terbaru

Iklan

Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | Power by blogtemplate4u.com