Bumi Memanas karena Ulah Manusia

.

Bulan Desember tahun 2007 yang lalu di Bali diadakan KTT antar negara di dunia yang khusus membahas mengenai masalah perubahan iklim dunia. Pada saat itu media cetak dan elektronik berlomba-lomba memberitakan masalah perubahan iklim. Pemerintah Indonesia juga sangat antusias ikut serta dalam membahas masalah tersebut, apalagi Indonesia bertindak sebagai tuan rumah. Tapi tidak lama berselang setelah konferensi tersebut, pemberitaan itu hilang seperti ditelan bumi, tanpa ada banyak tindak lanjut. Ini terlihat dari tidak ada publikasi dari pemerintah ke masyarakat tentang keputusan atau hasil dari perbincangan antar negara tersebut. Masyakat kebanyakan seperti tidak mau tahu, dan tidak bertindak apapun. Walaupun sering sekali negara kita terkena dampak dari perubahan iklim.

Kalau kita berbicara mengenai perubahan iklim, kita mungkin sudah tahu bahwa penyebab dari perubahan iklim adalah pemanasan global. Pemanasan global adalah fenomena naiknya suhu bumi akibat peningkatan efek rumah kaca. Sinar matahari yang seharusnya dipantulkan kembali ke angkasa malah terperangkap di atmosfir karena peningkatan jumlah gas-gas tertentu. Fenomena yang disebut efek rumah kaca inilah yang membuat bumi panas. Perubahan ini berlangsung perlahan namun nyata sebagaimana pemanasan suhu yang dirasakan penduduk Puncak, Bogor, Jawa Barat.Dampak pemanasan global juga dirasakan di kawasan pesisir. Walau hanya sebagai salah satu penyebab, pemanasan global turut memperparah fenomena rob atau masuknya air laut ke daratan. Tinggi permukaan laut bertambah akibat mencairnya lapisan es kutub. Dampak lain dari pemanasan global adalah kekacauan iklim yang tentunya membawa dampak pada pertanian. Dan kita dapat berkaca pada apa yang terjadi di tahun 2006, yaitu salah satu akibat dari pemanasan global adalah banjir yang menelan korban jiwa mencapai 1.250 orang, merusak 36 ribu rumah dan menggagalkan panen di 136 ribu hektar lahan pertanian. Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) mencatat secara tidak langsung kerugian yang timbul akibat banjir dan tanah longsor mecapai 20,57 triliun, atau setara dengan 2,94% dari APBN 2006.

Pemanasan global akibat terperangkapnya sinar panas sinar matahari oleh gas-gas yang ada di atmosfir. Adapun gas-gas yang mampu memerangkap dan memantulkan radiasi matahari itu antara lain karbon dioksida, dinitro oksida, metana, dan hidro fluoro-karbon. Gas-gas rumah kaca itu ada yang dihasilkan secara alami seperti dari pembusukan sampah dan kotoran ternak. Adapula yang berasal dari ulah manusia seperti asap kendaraan dan pabrik serta gas untuk pendingin udara maupun tata rambut. Dari semua gas itu emisi gas karbon dioksida-lah yang paling besar.

Beberapa hal bisa dilakukan untuk mengerem laju pemanasan global. Salah satu adalah dengan mengurangi emisi gas karbon dioksida antara lain dengan mengurangi pemakaian kendaraan dan mendorong penggunaan bahan bakar ramah lingkungan. Mendorong pengoperasian pembangkit listrik bebas polusi seperti pembangkit listrik tenaga air atau tenaga angin serta memanfaatkan sampah dan limbah peternakan menjadi gas biomasa. Dan tentunya tetap menjaga hutan sebagai paru-paru dunia untuk menyerap karbon dioksida.

Sebagai negara yang punya hutan yang sangat luas, sekitar 126,8 juta hektar, sebenarnya kita sangat mampu untuk mengurangi kecepatan pemanasan global. Walaupun pemanasan global tidak dapat dihentikan, sekitar 0,6 °C per tahun, tapi karena keserakahan manusia lah, hutan kita berkurang setiap tahun sekitar seluas pulau Bali (2 juta hektar). Karena itu pemanasan global tidak tebendung lagi. Kerusakan hutan kita dipicu oleh tingginya permintaan pasar dunia terhadap kayu, meluasnya konversi hutan menjadi perkebunan sawit, korupsi dan tidak ada pengakuan terhadap hak rakyat dalam pengelolaan hutan. Apalagi ditambah dengan pembuangan gas emisi kendaraan yang begitu meningkat.

Yang kita sekarang butuhkan adalah kesadaran pemerintah dan masyarakat tentang pentingnya masalah ini. Dan kita harus bekerjasama untuk menanggulanginya. Kalau proses pemanasan global ini tidak cepat direm, bisa jadi manusia akan seperti dinosaurus, punah, karena alam telah murka.

I Putu Yasa Antara
Mahasiswa Teknik Perkapalan ITS

0 komentar:

 

Berita Terbaru

Opini Terbaru

Iklan

Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | Power by blogtemplate4u.com