Dharma Tula Ajeg Bali

.

Persatuan dan kesatuan bangsa sangat penting dalam pembangunan suatu negara. Ibarat pepatah, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Dengan kondisi masyarakat yang berbeda-beda, dimana salah satunya adalah jamaknya agama yang ada di Indonesia, membuat kerukunan wajib dimantapkan. Umat Hindu harus paham betul apa artinya itu.
Itulah yang menjadi tema Dharma Tula yang dilaksanakan di Ruang Seminar lantai IV Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (23/3). Tema yang diangkat adalah “Memantapkan Kerukunan Umat Beragama Guna Memperkokoh Persatuan Dan Kesatuan Bangsa”. Dharma Tula ini diadakan oleh Universitas Udayana bekerja sama dengan Tim Kajian Strategis Ajeg Bali dalam rangka merayakan Tahun Baru Caka 1930.

Pesertanya yang datang berjumlah sekitar 200 orang. Mereka datang dari berbagai golongan masyarakat di Bali. Selain itu, terdapat juga rombongan mahasiswa yang secara khusus datang dari Surabaya dan sekitarnya untuk berpartisipasi di acara tersebut.

Dharma Tula ini berlangsung dari pukul 9.30 hingga 3 siang dengan diawali laporan dari ketua panitia, Dr. Gde Wardhana MSi. Kemudian disusul oleh sambutan dari Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. I Made Bakta Sp.PD. Ia menyebutkan bahwa tema kerukunan ini sangat tepat dalam konteks kebangsaan. Konsep yang universal ini seharusnya dapat terwujud jika terjadi pemahaman yang benar tentang agama masing-masing. Maka itu, revitalisasi Yadnya dan Dharma sangat penting dilakukan bagi kita selaku umat Hindu.

Bentuk acara ini adalah diskusi panelis dimana terdapat lima orang pembicara yang mengangkat perspektif yang berbeda. I Wayan Wita, Ketua IV PHDI Pusat, memandang dari perspektif agama. Dewa Komang Tantra, Guru Besar di Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, menyikapi dari perspektif budaya. I Nyoman Sutantra, Guru Besar ITS sekaligus Ketua Kajian Strategis Ajeg Bali, lebih banyak menyorot dari sisi ke-Ajeg-an Bali, termasuk disana masalah pemimpin. Kemudian I Gede Indra Suwija Putra, koordinator FPMHD – Unud, hadir mewakili suara generasi muda. Satu pembicara lagi datang sebagai representasi dari mahasiswa Surabaya, I Putu Wisnu Merthayoga, ketua PC KMHDI Surabaya periode 2005-2007.

Diskusi yang berlangsung cukup semarak dengan antusiasme para peserta yang tinggi. Hampir semua peserta menyoal masalah penguatan Hindu secara internal. Hal itu dianggap penting sebab dengan kuatnya internal umat Hindu, kontribusi bagi bangsa, dalam hal ini kerukunan, baru dapat dilakukan.

Peserta dan panelis sepakat bahwa pendidikan, khususnya di bidang agama (tattwa/filsafat), perlu dibangun di setiap umat Hindu. Hal itu memang menjadi titik lemah selama ini, yang dapat berakibat pada rentetan dampak negatif, seperti kebudayaan yang berubah. Kewaspadaan juga perlu ditingkatkan karena umat Hindu, utamanya yang ada di Bali, sedang dirongrong baik secara pawongan maupun palemahan.
Generasi muda disini juga sangat diharapkan peran aktifnya karena posisi mereka cukup strategis. Generasi ini memiliki potensi untuk mengubah paradigma-paradigma dari generasi sebelumnya yang kiranya dianggap tidak sesuai dengan kondisi aktual saat ini menyangkut masalah keumatan dan kebangsaan.(mei)

0 komentar:

 

Berita Terbaru

Opini Terbaru

Iklan

Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | Power by blogtemplate4u.com