Susahkah Jadi Perawan?

.

Realitas kini telah mengubah segala hal, yang dulunya termasuk zona rawan untuk dibahas menjadi topik hangat yang tidak berhenti dibicarakan. Pergaulan dan kemodernan jaman telah mengantarkan sisi kehidupan yang dulunya menjunjung adat ketimuran, yang sopan dan bermartabat, menjadi gaya barat, yang liberal dan independen, bahkan ke arah bebas yang amat sangat. Itu dapat diperhatikan pada tingkah polah anak muda di jaman ini.

Narkoba dan seks bebas pun seakan-akan sudah menjadi suatu kebiasaan yang lumrah dan tidak asing untuk dijalankan sebagai sebuah keseharian. Itulah realitas masa kini tentang kehidupan dan pola pikir anak muda, yang seakan jauh dari nilai-nilai moral yang telah diajarkan pada kurikulum pelajaran moral di sekolah. Tapi, vonis buruk tidak bisa langsung dijatuhkan dan disimpulkan begitu saja sebelum ada suatu bukti konkrit dan penelitian-penelitian oleh para ahli.

Dari fenomena pergaulan bebas, khususnya seks bebas yang mencuat belakangan ini, satu hal yang patut dipertanyakan adalah tentang keperawanan. Topik ini bukan bermaksud untuk mengeksploitasi wanita tetapi hanya sedikit membandingkan pemikiran wanita ordinary dengan wanita masa kini yang modern (atau sok modern yah…).

Banyak sekali fakta (dari beberapa penelitian), mengungkap tentang keperawanan. Berdasarkan hasil survei Komnas Anak, bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada 2007, terungkap sebanyak 93,7% anak SMP dan SMU yang disurvei mengaku pernah melakukan ciuman, petting, dan oral seks. Sebanyak 62,7% anak SMP yang diteliti mengaku sudah tidak perawan. Serta 21,2% remaja SMA yang disurvei mengaku pernah melakukan aborsi. Tambahan lagi, 97% pelajar SMP dan SMA yang disurvei mengaku suka menonton film porno. Penelitian itu baru satu dari sekian banyak penelitian yang dilakukan. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Apa yang membedakan pemikiran wanita jaman dulu dengan jaman sekarang?

Masih pentingkah keperawanan?
Kalau berbicara tentang penting tidaknya keperawanan, pasti akan kembali kepada pemikiran masing-masing individu untuk menyikapi dan menjalankannya. Pemikiran individu tersebut akan bergantung kepada lingkungan serta pergaulan sekitarnya. Beberapa opini melalui mailing list di internet menyebutkan bahwa keperawanan merupakan sesuatu yang sangat penting dan berharga, namun beberapa pendapat lagi menyatakan bahwa keperawanan sangat tidak penting bagi wanita mengingat pria juga belum tentu akan mempertahankan keperjakaannya.

Ada banyak alasan yang membuat wanita dengan terpaksa menganggap keperawanan bukan hal yang penting. Alasan klasik yang sering tertulis pada situs internet adalah atas dasar bukti cinta terhadap pasangannya. Bahkan situs harian Kompas menyebutkan bahwa wanita sering melepaskan keperawanannya pada Hari Valentine sebagai bukti kasih sayangnya terhadap pasangan.

Tahun baru pun menjadi ajang kemaksiatan atas dasar cinta dengan bukti meningkatnya penjualan kondom pada malam pergantian tahun tersebut (Jawa Pos). Miris memang, namun begitulah yang terjadi. Perubahan konsep pemikiran telah mengubah perilaku serta kebiasaan seseorang. Namun sayangnya kebiasaan itu malah mengarah ke perilaku negatif.

Lalu, masih pentingkah keperawanan di mata pemiliknya atau di mata penikmatnya? Kalau kembali kepada ajaran moral dan agama, perilaku menyimpang tersebut sangat dilarang mengingat hal tersebut menunjukkan ketidakmampuan seseorang untuk menahan nafsu dan egoisitas negatif. Sehingga keperawanan merupakan hal yang penting sebagai penilaian moral dan agama seorang wanita. Tapi itu kembali pada pemikiran setiap individu. Jika masih beraliran adat ketimuran dengan kebiasaan turun-temurun yang sopan maka keperawanan adalah suatu aset sebagai nilai sebuah kesetiaan. Namun jika beralih ke adat kebaratan yang bebas maka keperawanan bukan sesuatu yang penting, asalkan tidak hamil. Silahkan menilai…

Apakah keperawanan itu?
Banyak orang disibukkan dengan istilah perawan. Di benua tetangga, keperawanan diistilahkan dengan cherry pie atau kue ceri yang terkenal karena isi buah ceri dengan warna merahnya yang pekat yang dilapisi diatasnya dengan lapisan kue tipis yang cukup kuat. Saat kulitnya pecah, isi di dalamnya yang lunak akan tampak keluar beserta biji-bijinya. Tak heran nodanya mirip darah bila mengenai kertas atau kain putih. Ketika seorang gadis, disengaja atau tidak, mengalami cherry ripe atau pemerkosaan cheri, maka saat itulah ia telah kehilangan cherry alias tidak perawan.

Sering kali keperawanan juga dimanfaatkan untuk mencari uang bagi sebagian orang. Natalie Dylan, sarjana dari Sacramento State University, pernah bikin geger dunia internet dengan menjual keperawanannya lewat ebay. Harganya? 1 juta dollar atau 10 milyar rupiah lebih. Cara gampangan untuk menambal kehidupan yang kembang kempis. Itu salah satu realitas di western lifestyle.

Lalu bagaimana dengan di Indonesia? Kalau kembali ke pertanyaan itu maka akan semakin luas jangkauan pembicaraan. Bisa merambat pada kasus aborsi di usia muda sampai ke zona prostitusi yang berkembang pesat belakangan ini dan bahkan yang menjual keperawanan wanita-wanita belia dengan harga yang fantastis. Malah kabarnya, 96% pelajar dan mahasiswa di salah satu kota di Jawa Tengah mengaku sudah tidak perawan lagi dan ratusan pelajar dari salah satu kota besar di Pulau Sumatra menerjuni bisnis esek-esek dari usia muda (Detik.com).

Yang mencengangkan dari bisnis esek-esek ini kadang kala beberapa alasan simpel dilontarkan dari mulut mereka, salah satunya adalah diajak teman. Kemudian alasan lain adalah memakan uang sekolah dari orang tua. Lalu… Sebegitu murahkah keperawanan bagi perempuan jaman sekarang?

Segala tingkah laku manusia di dunia pasti diliputi ego dan nafsu. Kedua hal tersebut menjadi tali pengekang pada kereta kehidupan kita, apakah akan ke arah negatif ataukah positif. Perilaku seks bebas adalah salah satu pengaruh nafsu dan ego kebebasan pada manusia dan hilangnya keperawanan merupakan dampak dari ego dan nafsu negatif.

Kita tidak bisa langsung menghakimi bahwa wanita yang tidak perawan adalah wanita yang tidak bermoral, begitu juga sebaliknya. Semua hal yang terjadi pasti ada penyebabnya, dan segala kesalahan yang telah dilakukan pasti ada jalan dari Tuhan untuk memperbaikinya.

Jangan mau dikuasai ego dan nafsu yang ada pada diri kita, tapi kuasailah ego dan nafsu itu maka mereka akan membawamu ke arah yang positif.


Putu Tantri Kumala Sari
Mahasiswa S2 Teknik Sipil ITS

0 komentar:

 

Berita Terbaru

Opini Terbaru

Iklan

Namablogkamu is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | Power by blogtemplate4u.com